Semua perkara di dunia ini berperkara dengan angka.
Tiada satu orang pernah menjadi dirinya tanpa mencoba menjadi jati lainnya.
Kau kumpulkan dengkurmu dalam tidur kedua hanya untuk memastikan mimpimu masih bersambung.
Bangunan kekecewaan melengkapi ingatanmu, persis pun tiga kali pesan singkatmu di-read doang olehnya.
Mengapa di mana, ketakutanmu melebihi rumah mewah yang mengelabuhi urutan angkanya, sampai kau gagu menyebutnya.
Tak mengapa, kau hanya masih boleh mengingatnya.
Konon nama rindu, sayup sendu, fasih tak pantas kau lupa. Seharian tak jera berkali memanggilmu
Sayapnya menggemuruhi sukmamu, mengawang menggenapi indra.
Bergayut menapis tujuh warna samudra, melintas benua, gemugus bintang, dan tentu… langit!
Orang-orang menjadi banyak, angka-angkamu tetap melampaui banyak.
Kurang satu hil pun kau menjadi tak sempurna, dan salah arah pandang berarti mengecilkannya.
Kesalahan dan kepuraan, adalah kau yang lurus dia yang mbulet, saling berbagi kesempurnaan. atas nama ada dan tiada.
Lalu di mana aku? — hanya pelengkap
melengkapi manusia khilaf dan alpa: sejak jam delapan kau hilang mematung lupa berhitung
Hari ini dan hari lainnya, hanyalah rindumu melawan logika, melampaui gejolak laga juventus vs man city
Masih kurangkah rahasia yang kau kumpulkan, jika ujung waktu adalah akhir sekaligus mula.
(Masna M. )