Dalam bahasan kali ini, kalian akan belajar untuk memahami puisi. Ada 3 hal yang akan dibahas untuk memahami puisi. Yang pertama adalah mengenai definisi; atau apakah puisi itu. Selanjutnya akan dipelajari tentang hakikat puisi beserta aspek-aspek di dalamnya. Yang terakhir, untuk lebih memahami puisi, kalian juga harus tahu tentang unsur-unsur yang terdapat pada puisi.
Mari kita pelajari satu persatu.
1. Pengertian Puisi
Tidak seperti karya sastra yang lain (seperti prosa dan drama), puisi memiliki beberapa perbedaan dalam hal :
(1) baris dalam tiap bait,
(2) banyak kata atau suku kata dalam setiap baris,
(3) rima
(4) Irama.
Selain itu, pada puisi jenis lama terdapat keterikatan pada pola persajakan, seperti pola a-a-a-a, atau a-b-a-b, misalnya pada pantun dan syair.
Baca juga: Lebih Jelas dengan Puisi Lama dan Jenisnya
Sebaliknya, pada puisi kontemporer atau modern, persyaratan atau keterikatan pada pola-pola tersebut tidak lagi dipatuhi.
Secara umum, puisi lebih diartikan pada wujud ekspresi pikiran dan batin seseorang melalui kata-kata yang terpilih dan dapat mewakili berbagai ungkapan makna sehingga menimbulkan tanggapan khusus, keindahan, dan penafsiran beragam. Dalam pengertian bebas yang lain, puisi disebut juga ucapan atau ekspresi tidak langsung atau ucapan ke inti pati masalah, peristiwa, ataupun narasi (Pradopo, 2005: 314).
Pemilihan kata dan penataan kalimat yang terdapat dalam puisi bertujuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan atau pengalaman batin yang utuh. Hal itu menjadikan puisi mengandung unsur kepadatan, keselarasan, dan keterpaduan. Puisi yang hanya terdiri atas beberapa baris atau satu bait jika mengungkapkan makna yang utuh dan selaras mungkin lebih bernilai daripada sajak yang panjang namun tak utuh dan selaras. Perhatikan contoh puisi di bawah ini.
SENYUM DAN TAWAMU
Dalam senyummu yang khas
ternyata pikiranmu seperti benang kusut
Dalam tawamu yang riang
ternyata pikiranmu penuh berbagai urusan
Oh …..Papa, jangan bohongi aku.
(Anita, Jakarta Jakarta. Jakarta : Anita Marta, 1980)
Bandingkanlah dengan puisi berikut ini:
ANGIN
Ketika aku kecil
aku hanya tahu
angin yang suka menerbangkan kertas-kertasku
Mama bilang, itu angin nakal
Dan aku tidak boleh seperti angin itu
Lalu mama bercerita
tentang angin
yang meniup bunga-bunga mawar
di kebunku
Sekarang aku sudah tahu
angin dapat juga membuat
aku sakit
Kalau aku berangin-angin
dan badanku sedang berkeringat
Kemarin, papa bercerita
tentang angin yang sangat nakal
angin itu bernama angin topan
Papa bilang, angin itu dapat
merobohkan rumah-rumah
Oh …..
aku takut sekali
Papa membelaiku
kau tidak usah takut
jika kau rajin berdoa dan tidak nakal
Papa
aku berjanji tidak nakal
dan rajin berdoa
Agar Tuhan tidak meniup
angin yang sangat menakutkan itu
(Sumber Tugas Siswa Lucia Marian Djunjung, SMP Ricci kelas 2A Jakarta Barat)
Puisi modern tidak terlalu mementingkan bentuk fisik atau tipografi tertentu. Sebuah uraian disebut puisi meskipun bentuknya mirip prosa tidak berbentuk bait atau baris, tetapi mengandung pengertian yang dalam dari sekadar ungkapan bahasanya, seperti contoh puisi atau sajak Sapardi Djoko Damono di bawah ini.
AIR SELOKAN
“Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari Minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.
*
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—alangkah indahnya!” Tetapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali,
Demikianlah pembahasan tentang hal yang pertama, dan bersambung ke bagian berikutnya (kedua) yakni tentang Hakikat Puisi
(Disarikan dari: Bahasa Indonesia 3 : untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XII/Mokhamad Irman, Tri Wahyu, Nurdin– Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008)