Seorang ulama karismatik kelahiran Rembang, bernama Kyai Haji Maimun Zubair, atau
lebih dikenal dengan sapaan Mbah Moen, telah meninggal di Mekkah, 6 Agustus 2019.
Pengasuh pondok pesantren Al-Anwar Sarang tersebut berpulang setelah melaksanakan
sholat subuh, dalam usia 90 tahun. Hari Selasa itu, Mbah Moen dimakamkan di Ma’la,
Makkah, berdekatan dengan makam guru beliau Sayid Alawi al-Maliki al-Hasani dan
makam istri Rasulullah saw, Sayyidah Khadijah.
Kabar duka tersebut tentu saja menyebar ke segala penjuru, dan banyak sekali yang
merasa kehilangan akan seorang ulama yang terkenal ini. Hanya dalam kurang lebih
seminggu, terkumpul lebih dari 70 puisi untuk mengenang, sekaligus penghormatan
atas kepergian Mbah Moen. Dalam waktu yang singkat, akhirnya kumpulan puisi
tersebut diterbitkan dalam sebuah buku antologi puisi, dengan judul “Selasa di
Pekuburan Ma’la“.
Judul buku tersebut diambil dari judul puisi dengan judul yang sama, yang
ditulis oleh Menerti Agama Lukman Hakim Saifuddin. Atas saksi dan pengalamannya
berada di Makkah waktu meninggalnya Mbah Moen, termasuk memandikan jenasah,
mengafani, menyalati, sampai dengan memakamkan Mbah Moen. Sangat jarang sekali
kesempatan menghantarkan orang yang penuh dengan ilmu seperti Mbah Moen itu, ke
tempat kembali, menyatu dalam keabadian.
Wahai jiwa yang tenang,
selamat pulang
ke haribaan Tuhanmu
Yang Maha Penyayang.
Bergabung bersama
hamba-hamba-Nya yang disayang
masuk ke surga-Nya yang lapang.
A. Mustofa Bisri
Pada hari Kamis, 12 September 2019, akhirnya atas perkenan rida dan doa Gus Mus, kiai sepuh dan mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, antologi puisi setebal 176 halaman itu diluncurkan di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang. Perhelatan tersebut yang sekaligus menandai 40 hari wafatnya Mbah Moen, dihadiri oleh ribuan orang termasuk tokoh-tokoh ulama dan budayawan. Tampak hadir di antaranya, KH Zawawi Imron dari Madura, juga Timur Suprabana, Warih Wisatsana, Acep Zamzam Noor, Evi Idawati, Isbedy Stiawan ZS, dan Sastro Adi, seniman Lesbumi PB NU.
Data Buku Selasa di Pekuburan Ma’la
- Jenis: Antologi Puisi
- Penerbit: Mata Air, Rembang
- Jumlah halaman: 176
Salah satu putra Mbah Moen, KH Dr Abdul Ghofur Maimoen Lc, dalam sambutannya mengaku terharu atas penghormatan kepada ayahnya. Para petakziah selalu saja datang mengalir ke Pondok Pesantren Mbah Moen, di Sarang. Itu menandakan Mbah Moen sangat dicintai, karena cinta mbah Moen terasa sangat kuat kepada Indonesia beserta rakyatnya.
Artikel ini, ditulis ulang dari tulisan Candra Malik, di harian Jawa Pos. Gambar / foto Mbah Moen di halaman ini bersumber dari Serikatnews.com.
Beli Bukunya
Buku dapat diperoleh di:
Sang kekasih telah kembali pulang
Menghadap Sang Pengasih yang Mahasayang
Meninggalkan kita yang akan malang
Andai tak mengikuti jejaknya yang terang