17 Puisi tentang Aku, Kau, dan Kita

Ruangpuisi.com — 17 Puisi tentang Aku, Kau, dan Kita. Berikut ini kumpulan puisi yang diambil dari twit di Twitter.  Akun twitter @me_aey28 telah memberikan persetujuannya untuk menayangkan beberapa puisinya di ruangpuisi.com. Bagi yang berkenan, silakan untuk follow akun twitter tersebut.

Rindu ini padamu

Hari ini rinduku masih saja merayu, apa kabarmu di sana kekasih hatiku?
Aku tahu, tak seharusnya aku menyampaikan rindu ini padamu
Tapi rindu, terus saja menggerutu memintaku menyapamu
Maaf, jika rinduku membuatmu terganggu

Pertemuan

Aku menyusuri gelapnya malam perjalanan
Berusaha untuk mewujudkan sebuah impian
Berharap sebagai awal sebuah pertemuan
Menjadi saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan

Kala kau tidur

Kau adalah buku
Yang kupinjam di sela tidurmu
Selalu kubaca tanpa kau tahu

Cinta yang usang

Cintaku berubah menjadi abu
Semenjak kepergianmu
Menjadi usang dan berdebu
Sepeninggal dirimu

Bersatu kita abu

Kau adalah abu bagi diriku yang berdebu
Lalu apa bedanya aku dan dirimu?
Baiknya kita bersatu

Rindu tak pernah jemu

Mungkin aku harus berhenti mencari tahu
Agar perasaan ini tidak terus menyiksaku
Tapi dengan tidak mengetahui keberadaanmu
Akan menambah kerinduanku padamu
Lalu harus bagaimana aku?
Kamu ini, selalu saja menarik perhatianku
Membayangkanmu, tak pernah buatku jemu

Mati rasa

Puisiku terhenti
Menunggu dirimu datang lagi
Karena kamu begitu berarti
Menghidupkan kembali rasaku yang telah mati

Rindu merayuku

Ada apa denganku?
Mata ini sulit untuk kembali terpejam
Aku merasakan sesuatu
Membuatku terdiam di heningnya malam
Sungguh mengganggu pikiranku
Akal sehatku berusaha untuk meredam
Ternyata rindu sedang merayuku
Membisikkan namamu, menggugah hatiku yang terdalam

Santuyy

Jangan terlalu serius,
nanti kamu sendiri yang tergerus.

Jadi apapun untukmu

Karena aku adalah,
Pelengkap dari kekuranganmu
Pengingat akan segala lupamu
Penghibur atas segenap dukamu
Pereda dari setiap amarahmu
Penerang dalam setiap gelapmu
Penyembuh dari setiap sakitmu
Aku akan menjadi apa pun untukmu

Ingin tahu

Bukan aku menjauh pergi
Bukan juga melarikan diri
Aku hanya sedikit bersembunyi
Aku ingin tahu apa kamu akan mencari

Buatmu tegar

karena itu aku memilih menjadi akar; tak terlihat dari luar, tapi membuatmu tetap tegar.

Terkunci

Lalu akar rumput mana yang menjerat?
Tak terlihat namun mengikat
Tak berwujud tapi menambat
Hatiku hanya bisa diam di tempat
Bungkam terkunci rapat

Tak kan layu

Aku selalu cantik di matamu
Meskipun tak secantik bunga mawar
Namun cantikku tak akan layu
Karena aku tak punya akar

Nama surga

Segala tentang kita
Aku akan menerimanya
Dengan lapang dada
Ikhlas dan rela
Meski sebenarnya,
Aku ingin menamaimu sebagai rumah
Sampai pada akhirnya,
Kau kunamai menjadi surga

Ku bahagia

Apa yang ada di pikiranku sebenarnya
Anganku berkelana begitu saja
Berusaha mengejar bayangmu dimanapun berada
Tak mampu kugenggam tapi bisa kurasa
Memimpikan kamu, aku bahagia

Bilangan luar biasa

Cintaku padamu sederhana
Tapi Ibuku menjadikannya luar biasa
Bergantung pada angka
Dan Ibuku menganggapnya sempurna
Maafkan aku Tuan,
Bukan ini yang aku inginkan
Mungkin Ibuku berlebihan
Memberi restu berdasar bilangan

2 Comments

  1. Terima kasih ruang puisi.
    Terima kasih banyak sudah menampilkan puisi-puisi saya. Semoga tulisan-tulisan saya yang lainnya bisa ditampilkan lagi. Dan saya berharap bisa disukai oleh para pembaca.
    Mari berpuisi ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *