Puisi tentang Virus Corona dan COVID-19

Virus Corona datang dan mewabah dengan begitu cepat. Hampir semua negara tidak siap, tersentak, dan kewalahan menangani. Banyak korban yang terpapar, tak sedikit yang hilang nyawa. Begitu tragis.

COVID-19 memberikan dampak yang luar biasa. Aspek kehidupan yang mendasar, kesehatan, dan sosial-ekonomi menjadi terganggu.

Dunia seperti dalam kondisi darurat. Memilukan dalam segala kesempitan bencana. Semoga kita semua kuat dan

mampu bertahan, serta segera dapat melewati masa sulit ini.

Kita harus tetap semangat. Mengambil hikmah, pelajaran dari kejadian ini. Mungkin kita juga perlu mawas diri dan ingat selalu untuk bersyukur atas apa yang ada sebelum COVID-19 menyerang.

Dalam suasana yang sedih ini, kami mengumpulkan beberapa puisi yang terkait dengan virus Corona dan COVID-19.

CORONA DAN KOLONI

Ini Bukan Mimpi
Namun kuharap ini benar-benar mimpi
Meski semua masih berwarna-warni
Tapi cerah langit biruku tiada lagi

Sehirup Udara sesak
Sejuta masker meratap
Seribu kota mati suri
Segala koloni diam diri
Mengukur jarak ruang sempit
Mengerat anak kunci sepi

Corona haruskah kau hadir
Apakah kau hanya ingin berolok-olok
Betapa lemahnya kami
Betapa sombongnya kami
Tak berdayanya kami
Bukan siapa-siapanya kami

Apakah hanya sekedar singgah melucu
Sampai kami tak bisa membedakan
mana tangis dan tawa
mana doa, dan rasanya diacuhkan
mana ada, mana tiada

Rupanya kami harus berterima kasih
dan memang hanya itu yang kami bisa
mengantarmu kembali
bersama jiwa-jiwa kami

BERKAH COVIDOLOGI

Oleh: Eka Budianta *)

Covid-19 membuatmu sadar
Satu kali makan di restoran
Cukup untuk sepekan hidup di desa
Dan bikin kita mengerti
Nelayan, peternak dan petani
Harus tetap bekerja di luar
Agar yang tinggal dalam rumah
Tetap makan sate dan gulai ikan
Minum susu, menikmati nasi
Mengunyah roti gandum yang gurih
Tidak takut lapar dan sedih.

Tuhan memberi kita nafas
Melalui virus corona
Sehingga kamu dan aku
Bersaudara dengan manusia
Di seluruh dunia
Insyaf, meriam dan bom
Taktik perang dan tipu-daya
Bukan kebanggaan, bukan prestasi segala bangsa.

2020

 

COVID 19

Oleh: D. Kemalawati *)

Covid 19 adalah badai
Adalah bencana yang terurai
Ia tidak mengintai
Tidak juga menilai negara miskin atau kaya
Pejabat di menara gading atau rakyat jelata yang papa
Ia badai tak bermata, tak bersuara, tak memberi tanda-tanda
Tapi menyerang imun jiwa siapa saja
Yang seperti karang di tengah samudera
Seperti pohonan purba
Mengakar ke dalam sukma

Ia lah corona
Badai yang tak mengenal cuaca
Menyerang semesta raya
Seperti sifat asal mulanya
Hanya sementara
Tetapi daun luruh telah merata di setiap negeri
Ranting patah merintih nyeri
Pohon-pohon tumbang menutup bumi
Ia badai yang maha ngeri
Maut yang menari-nari

Ia lah virus 19
Badai bencana yang tak menetap lama
Matahari akan menghalaunya
Bulan akan datang dengan sinar lembutnya
Bunga-bunga akan bermekaran bersama embun di setiap taman
Yang luruh dan tumbang kembali
Kepada Tuhan
Kepada Pemilik semesta tuan

Banda Aceh, 20 Maret 2020.

 

DEBAR-DEBAR KARANTINA

Oleh: Eka Budianta *)

Apakah kita gembira hari ini?
Positif kena virus lebih 1,7 juta
Tekanan Covid-19 tembus 209 negara?
Atau berdebar mengingat seratus tahun silam
Flu Spanyol merenggut 50 juta jiwa?
Apa katamu kalau besok pagi aku mati
Meski sudah karantina mandiri
Mewaspadai wabah corona ini?
Kubayangkan kamu akan menulis pesan singkat:
“Selamat jalan, sahabat.”
Lalu dari alam abadi aku membalas
“Terima kasih kepada Allah
Telah diberi pengalaman
Menjadi manusia
Dan mengenyam nikmat dunia
Yang tidak membuat kami peka
Sebelum dijemput virus corona.”

2020

*) Puisi Eka Budianta dan D. Kemalawati telah dimuat di Cakradunia.co

x (x)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *