Puisi untuk Mengenang Masa Kecil yang Indah

Masa kecil adalah masa-masa yang terasa membahagiakan. Demikianlah ungkapan yang sering kita jumpai. Tulisan ini mencoba mengenang masa-masa indah itu melalui puisi masa kecil.

Banyak hal yang kita semua alami di awal-awal kehidupan kita, yaitu di masa kecil. Saat masih kecil, banyak hal yang kita alami. Hal-hal yang lucu, memalukan, menggelikan, atau ‘kebodohan’ yang kita lakukan atau temui.

Simaklah beberapa puisi yang menceritakan masa kecil berikut ini.

Belajar Naik Sepeda

Kakiku belumlah kuat
Menahan sepeda berat
Namun jangan ditanya soal semangat
Tak diam sepeda aku panjat

Gowes keras-keras
Ku ingin naik sepeda lekas
Bergabung teman sekelas
Naik sepeda lepas bebas

Sepeda laju ceria hatiku
Belok kiri, kanan, lalu lurus
Di perempatan, ku teriakkan tolong
Tiada berani rem padahal harus berhenti

Hari Raya Lebaran

adalah ia yang kutunggu
tuntas sebulan puasaku
ibu bapakku bangga akanku
dibelikannya aku baju baru

malam takbiran sangatlah seru
berkeliling kampung dengan sahabatku
tiada lelah di malam itu
aku ingin berlebaran selalu

pak imron, pak kumis yang galak
si Irwan menyulut petasan memekak
kagetlah pak imron berteriak
si irwan dikejar, kami bersorak

Naik Kelas

aduh senangnya naik kelas
hari pertama sangatlah ramai
duduk di bangku baru
punya teman baru

buku-buku baru
baju dan sepatu baru
tas juga baru
semua serba baru

aku bukan anak kecil lagi
yang sekolahnya ditunggui ibu
aku sudah semakin pintar
dan lalu berpikir
pasti ayahku perlu uang banyak
menyekolahkanku

Nenekku Ompong

aku selalu terpingkal-pingkal
melihat nenek mengunyah makanan
dasar gigi nenek sudah ompong
mulut dan pipinya geyal geyol
waktu itu aku tak tahu
apakah menua itu adalah takdir
misteri atau prestasi

kini ku takjub
ternyata nenekku luar biasa
pasti banyak yang dirasa
garam dan asamnya kehidupan

nenekku ternyata juara
penuh rasa sabar dan penyayang
lagi pula cantik dan murah hati

dan yang tak kalah pentingnya
ia tak pernah lupa memberiku uang kecil
tiap si cucu ini menngunjunginya
duh betapa senangnya hatiku

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *