Meskipun kita tidak kenal dengan pahlawan, sekarang kita dapat menikmati udara kemerdekaan berkat jasa dan pengorbanannya. Mereka telah mempertaruhkan yang dia punya — yaitu nyawa, berkorban demi negara, dan generasi penerusnya.
Di hari-hari peringatan kemerdekaan, atau hari pahlawan, kita mengenangnya. Juga mengirimkan doa dan mendatangi makamnya sebagai tanda penghormatan dan terima kasih tak terhinga. Tidak jarang juga yang mengkespresikan perasaannya ke dalam puisi.
Bagi beberapa orang, pahlawan dapat berarti banyak hal. Dari seorang figur yang nyata, sampai ke pengertian yang agak berbeda tergantung perasaan penulisnya pada saat itu. Pahlawan tak dikenal, adalah salah satu contohnya. Berikut ini adalah kumpulan dari contoh puisi yang bertemakan pahlawan.
Patriot yang Tak Dikenal
Oleh : Asiah Ahmad
Masih lekat di ingatanku
Tentang kobaran semangat di dadamu
Gemuruhnya menggema hingga batas langit
Menyisakan dentingan sepoi angin pelan … pelan
Ulang ko sip!
Jangan kamu diam!
Bergegas langkahkan kaki mengejar musuh yang menghantam dengan bom bersahutan
Pacopat!
Cepatlah!
Kita tak punya waktu lama
Kita orang Batak tak pernah menyerah
Alunan lagu Butet terdengar seantero langit di atas Danau Toba
Pahlawan itu kini terkulai
Dengan semangat yang masih digenggamnya
Ulang ko tangis!
Jangan menangis!
Musuh terbesar kita adalah penghianat yang kerap datang sesuka mereka
Bunuh rasa penghianat jika sempat meracunimu
Bergerak! Berjuanglah terus!
Bogor, 10 November 2019
Pahlawanku
Oleh: Lestari
Satu pinta pada cakrawala menerjemah kesaksian dalam jendela kehidupan
Sederet duka penyesalan menghangatkan
Raga yang menjelma sukma membakar api pada dadanya
Pilu mendera namun bermakna
Pahlawanku penyemangat dalam hidupku
Seolah tak kenal patah
Ia tumbuh dalam jiwa-jiwa berseri
Menjadi pijakan pada langkah ku yang goyah
Pahlawanku perumpamaan yang tak akan pernah hilang
Ia ada dan akan terus ada
Dimana langkah ini menetap
Ia ada di ruang kesejukan
Untuk kedua semangatku
Ia orang tua ku
Yang telah mehadirkan daku
Mereka adalah permata hatiku
Pahlawan dalam kehidupanku
Aku menyayangi mereka tanpa letih
Darinya aku ada dan melihat dunia
Mereka adalah semangat dan bahagiaku
Yogyakarta, 10 November 2019
Sudirman, (bukan) Pahlawan Nasional
Oleh: ummi.l
Orang bilang ia galak
Orang bilang ia tak berperasaan
Orang bilang ia terlalu kaku
Namun bagiku,
Galaknya adalah cara menyampaikan sayang
Tegas bukan tak berperasaan
Dan lembut meski tak ditunjukkan
Sorot tajam tanda tak setuju
Kini menjadi sayu
Diam meski rindu
Acuh meski sepi menderu
Padamu pahlawan hidupku
Meski kau bukanlah pahlawan nasional seperti pendahulu
Namun hatimu, jiwamu, ragamu bahkan hidupmu
Aku tahu semua tertuju demi bahagia anak-anakmu
Tak peduli seburuk apa kau di mata orang
Bagiku,
Kau cinta pertamaku
Rumah, 11 November 2019
OBITUARI
Oleh: Ari Budiarsyah
Pada sepetak tanah
Di bawah garis khatulistiwa
Ada sebuah lubang dijantungku
Tempat para pesakitan dimerdekakan
Barangkali pada hari tertentu
Kau satu-satunya orang
Berpakaian bendera pusaka
Membersihkan sisa darah
Pada ukiran prasasti kalibata
Dimana pun kau tidak menemukan tubuhku
Bangku sekolah maupun toko buku
Rak-rak perpustakaan paling berdebu
Kitab sejarah menjadi benda paling tidak laku
Wajahku lebih sering dikubur
Sebagai sketsa nominal
Pada secarik surat hutang
Yang disebarkan oleh bank pemerintah
Untuk memberi makan anak kecil
Diantara selangkangan mereka
Sebelum Kutemui Ajal
Oleh: Syarafina K
1/
Ibu,
Sebelum berangkat menuju lautan gersang penuh tirani, aku ingin mengecup kening kerutmu, lalu menempelkan tanganmu di puncak kepalaku yang meluap. “Berkati aku, aku
mau bertempur.”
.
2/
Bapak,
Sebelum selaksa kaki ini melangkah, aku meminta sepenggal restu, dari engkau yang mendahului adaku. Anakmu akan pergi menuju medan penuh keganasan. “Berkati aku, aku
mau berperang.”
.
3/
Tuhan,
Tenagaku tak sempurna, meski sudah kuteguk milyaran mesiu. Amalku keruh, apabila kau akan tarik ruhku yang pincang. Tapi Tuhan, izinkan aku meminjam Maha PerkasaMu.
Perkenankan aku menggenggam erat sangkurku, perkenankan aku membunuh sebelum terbunuh.
.
Tuhan, luaskan kuburku yang jengkal dan dangkal.
.
Madiun, 10 November 2019
Halilintar
Oleh: Jero Saras Krisna
Di kegelapan langit Hindia Belanda yang hampa, awan-awan berbeda pandangan bergesekan,
mengadu muatan
Pencipta yang hendak merumuskan keterkejutan
segera menerbangkan layang-layang sutra, memanggil Halilintar dengan kawat dan kunci logam
Lewat kharismanya yang kilat-kilat cahaya,
ia urai kedua perbedaan dengan operasi
kali-bagi-tambah-kurang hingga ditemukanlah
sebuah persamaan setara
Sesuai perhitungan, tak lama kemudian
terdengar guntur menggelegar
seperti tangis jabang bayi sebuah negeri
diiringi tetesan hujan yang deras berdatangan
memberi rahmat dan ucapan selamat
Kelas Fisika, 03.13
Aku Tidak Mengenalmu, Tetapi Aku Suka Menjelajahimu
Oleh: Elvinuril
sebelum aku tidur dan kata-kata tidak kenal obat tidur, aku menjelajahi tubuhmu yang meninggalkan artefak.
aku memikirkan, bagaimana caramu tidur ketika banyak mayat terbujur di bawahmu dan malam tidak pernah benar-benar habis?
terkadang aku tidak ingat namamu dan mesti menjelajahi bagian tubuhmu yang lain:
aku tidak siasia menjelajahimu
Malang, 10 November 2019
Kepada Chairil
Oleh: Eddy Sup
katamu kau adalah :
— binatang jalang Dari kumpulannya terbuang —
dan kupikir :
tanpa puisi
mungkin kau akan mati
lebih pagi
tanpa puisi
mungkin kau akan lebih sepi
dari sunyi
tanpa puisi
mungkin kaulah satu di antara tulangtulang suci
yang terbaring di antara kerawang – bekasi
(2019)
Kisah Pahlawan Tanpa Nama
Oleh: artdiantlazuardiii
Suatu sore yang bersahabat, berwarna rindu namun tak membuat sesak
Berkumpul kanakkanak merapat, setelah upacara mengenang jasa pahlawan dan melantunkan gugur bunga dengan sedu sedan
Lalu dengan khusyuk sambil sesekali bercanda mereka mendengarkan cerita dari seorang kakek tua
Berkisah sang kakek tua:
Tentang betapa perkasanya para pahlawan kita
Memberantas segala Angkara
Meski luka di sekujur tubuh lebar menganga
Menahan berondongan peluru tak ada habisnya
Namun dengan mental baja ditepis lah segala derita
Demi kesejahteraan anak cucu mereka; kita para penerus bangsa
Seorang anak merengek manja minta permen rasa cinta
Sang kakek tua memberinya lima setelah menjawab pertanyaan:
‘Siapa namanama pahlawan yang berjasa bagi bangsa dan negara?’
Kakek tua itu tersenyum, ternyata masih ada benih harapan bangsa tak amnesia
Azan magrib berkumandang, kanakkanak mencium tangan lalu pamitan
Beranjak sang kakek tua kembali melanjutkan pelawatan
Melewati hutan beton kota langkahnya berbelok masuk Taman Makam Pahlawan
Tak lupa silaturahmi dia mengucap salam kepada temanteman serta menyerahkan titipan rangkai bunga karangan
Kemudian kakek tua berjalan ke pojokan, ke makam tanpa nama ia pulang
Kotabumi, 10 November 2019
Kata-kata dalam Tubuhmu
Oleh: Anugrah Prasetya
kata-kata adalah pemantik
yang akan membakar semangatmu
berkobar
untuk merah-putih berkibar
kata-kata adalah pemadam
yang akan membasuh
api dalam tubuhmu
ketika perang usai
Kata-kata adalah manusia dalam tubuhmu
tergantung kau mau menjadikannya apa; pahlawan atau pelawan
Jakarta, November 2019