3 Aspek dalam Memahami Hakikat Puisi

Setelah kalian mempelajari bagian pertama tentang “Memahami Puisi”, kali ini akan dilanjutkan untuk pembahasan bagian keduanya, yakni tentang “Hakikat Puisi”. Bagi kalian yang belum sempat mempelajari bagian pertamanya, silakan dipelajari dulu, yakni tentang pengertian puisi di tautan di bawah ini.

Baca juga: Memahami Puisi dengan 3 Hal Penting

Kini, dalam puisi modern, puisi bukan lagi bentuk karya sastra yang kaku dan penuh persyaratan, melainkan mejadi bebas. Dapat dimaknai, bahwa puisi merupakan aktualisasi ekspresi dan ungkapan jiwa penulisnya. Siapa saja dapat membuat puisi, namun tidak meninggalkan bentuk khas sebuah puisi, sebagai ukuran standar yang membedakannya dengan bentuk karya sastra yang lain.

Setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana kepuitisan seperti rima, irama, diksi, dan lainnya untuk mengintensitaskan ekspresi dan pengalaman jiwanya, bukan  menjadikannya syarat pengikat.

Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami hakikat puisi. Tiga aspek tersebut, yaitu: sifat seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.

Hakikat Puisi

1. Sifat atau Fungsi Seni

Sebagai karya sastra, di dalam puisi harus terdapat unsur estetika atau keindahan. Unsur ini dapat dibangun dengan pemanfaatan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu seperti, bunyi, kata, dan kalimat. Semua unsur bahasa di dalam puisi dapat digunakan untuk menampilkan
sisi keindahan di dalam puisi. Perhatikan permainan kata menjadi nada atau tinggi rendahnya bunyi serta menimbulkan keindahan di pendengaran tanpa mengurangi kepaduan atau ke selarasan maknanya pada puisi Hartojo Andangdjaja di bawah ini.

NYANYIAN KEMBANG LALANG

Putih di padang-padang
putih kembang-kembang lalang
putih rindu yang memanggil-manggil dalam dendang
orang di dangau orang di ladang
putih jalan yang panjang
kabut di puncak Singgalang
sepi yang menyanyup di ujung pandang
putih bermata sayang
wajah rawan tanah minang

2. Kepadatan

Mengapa kepadatan menjadi salah satu aspek dalam meahami mengenai hakikat puisi? ingatlah bahwa:
– Di dalam puisi, ungkapan yang ingin disampaikan tidak semuanya diuraikan.
– Puisi hanya mengungkapkan inti masalah, peristiwa, atau cerita.
– Puisi hanya mengungkapkan esensi atau sari pati sesuatu.

Sehingg penyair harus pandai memilih kata yang akurat. Terkadang sebuah kata diambil bentuk dasarnya saja dan hubungan antar-kalimat terjadi secara implisit; bahkan kata-kata yang tak perlu dapat dihilangkan. Yang terpenting adalah setiap unsur di dalam puisi memiliki keterikatan dan keterpaduan makna. Maka, salah satu cara untuk mengungkapkan kandungan isi dalam puisi ialah membuat parafrasa puisi menjadi prosa dengan menyempurnakan kalimat atau memberikan pengertian pada kata-katanya agar menjadi jelas atau lugas. Perhatikanlah puisi Chairil Anwar berikut ini.

SELAMAT TINGGAL

Aku berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa punya?

Kudengar seru menderu
– dalam hatiku? –
Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah …..!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal …..!!

Selamat tinggal …..!!

3. Ekspresi Tidak Langsung

Selain mengandung nilai estetika atau keindahan; juga pilihan kata dan tata kalimat yang mengandung pengertian yang padat, puisi juga merupakan media pengungkapan ekspresi secara tidak langsung. Pengungkapan ekspresi tidak langsung ini terbukti dengan dominannya penggunaan kata yang bermakna konotasi atau kiasan.

Penyair dapat menggunakan idiom, pepatah, majas, atau peribahasa dalam mengungkapkan sesuatu secara implisit. Tujuannya agar puisi memiliki cita rasa tersendiri dengan penggunaan kata berjiwa atau stilistika; sehingga pembaca atau pendengar memiliki rasa ingin tahu kandungan makna yang tersembunyi dalam sebuah puisi, atau hal yang
sesungguhnya ingin diungkapkan penyair lewat puisinya. Dalam pandangan awam, puisi sudah seharusnya mengandung daya tarik atau kemisterian.
Seorang kritikus sastra mengatakan puisi bukanlah sekedar susunan kata-kata yang membentuk baris dan bait, melainkan sesuatu yang terkandung di dalamnya; di dalam kata, baris, dan bait itu.

Contoh puisi yang menggunakan simbol atau ungkapan:

DI MEJA MAKAN

Ia makan nasi dan isi hati
Pada mulut terkunyah duka
Tatapan matanya pada lain isi meja
Lelaki muda yang dirasa
Tidak lagi dimilikinya.

Ruang diributi jerit dada
Sambal tomat pada mata
Meleleh air racun dosa.
…………
(W.S. Rendra)

Bersambung ke bagian ketiga: Unsur-unsur di dalam puisi

(Disarikan dari: Bahasa Indonesia 3 : untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XII/Mokhamad Irman, Tri Wahyu, Nurdin– Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *