7 Alasan Orang Berpuisi

Dari sekian banyak alasan, setiap orang mempunyai alasan yang berbeda-beda kenapa dia berpuisi. Tulisan ini mencoba membahasnya satu-persatu. Yakni kemungkinan yang menyebabkan seseorang berpuisi.
Berpuisi di sini artinya orang tersebut terlibat dengan puisi, baik secara menyeluruh atau cuma sedikit saja. Keterlibatan yang dimaksud adalah terlibat dalam menulis puisi, membaca puisi, dan sebagainya. Berikut ini adalah alasan-alasan kenapa orang berpuisi.

Berpuisi Karena Sedang Bahagia

Orang yang bahagia cenderung produktif dalam segala hal. Sebagai gambaran umumnya bisa dilihat di dalam proses produksi perusahaan. Pekerja yang cenderung bahagia, mereka akan bekerja dengan giat dan menghasilkan sesuatu yang sesuai, atau bahkan melebihi harapan perusahaan yang mempekerjakan.

Jika perusahaan kondisinya sehat, suasana menyenangkan akan menular ke tiap bagian perusahaan. Pekerja dapat menemukan passionnya, dan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi kemajuan perusahaan. Cobalah simak puisi berikut.

Bahagia Itu Sederhana

Bahagia itu sederhana:

Kala kau tersenyum
Meski ada air mata dalam dada

Saat mengenang masa lalu
Meski perih bagai terhiris sembilu

Kala berani memilih tegar
Walau jalan semakin terjal

Bahagia itu sederhana.

Memenuhi hati dengan bersyukur
Walau harapan tampak kan hancur

Menerima takdir tanpa banyak bicara
Menyambut nasib dengan hati tabah

Ya.

Amat sederhana.
Sesederhana puisi yang kucipta.

Berpuisi Karena Kecewa

Kekecewaan bisa terjadi kapan saja. Ia adalah bagian dari hidup kita semua bukan? Setiap orang pasti pernah kecewa. Ada yang tingkatnya ringan, ada juga yang tingkat kekecewaannya tinggi. Untuk yang tingkatnya ringan, mungkin mudah dilupakan, dan dianggap sebagai suatu keniscayaan atau pelengkap hidup.

Ia dapat memberikan pelajaran dan hikmah agar tidak ditemukan lagi kekecewaan yang sama nantinya. Untuk kekecewaan yang tingkatnya berat, biasanya didasari akan rasa kecewa yang berkelanjutan tak ada habisnya. Di tahap ini orang yang merasakannya menganggapnya sebagai ujian hidup, dan kadang cuma bisa pasrah menerimanya.

Reaksi orang terhadap rasa kecewa dapat bermacam-macam. Namun tanpa memandang tingkat rasa kecewa, semua orang dapat menjadikannya alasan untuk berpuisi.

Lihatlah contoh puisi berikut (sumber: kompasiana)

Sejuk kupandang
Gunung tinggi diseberang lautan
Tanpa tau apa
Dan bagaimana semestinya disana
Seakan nalar enggan membaca
Dan intuisi tak lagi berguna

Langit mendung seakan membawa petir
Dan badai akan menghantam
Angin berhembus keras
Seakan ikut memporak-porandakan
Tanpa ia sadari
Mentari yang begitu terik pun membawa musibah
Yang begitu mendalam

“Kau boleh;
Berkata jika tau. Berangan jika mampu. Yakin jika tak lagi ragu.”

Kadang apa yang kau lihat tak seperti apa yang tersirat
Kadang apa yang kau rasakan tak seperti apa yang kau pikirkan
Dan kadang, Apa yang kau benci tak seperti apa yang ada di hati

Berfikir panjang
walau emosi sesaat
Berani bertanggung jawab
walau tak sadar telah khilaf

Hidup bukan tentang siapa yang terbaik
Tapi tentang siapa yang berbuat baik
Bukan berpura pura baik
Ataupun mendadak menjadi baik

Mata melihat,
Namun hati menilai.
Rasa kecewa pun tak akan bertamu,
Jika kau mampu mengerti aku.

Berpuisi Karena Bingung

Dalam tahap tertentu, orang akan menemukan kebingungan dalam menghadapi suatu keadaan. Dengan berpuisi, ia dapat menyampaikan perasaannya, mencurahkan isi hatinya; menyampaikan kebingungannya. Oleh karena itu kadang puisi yang kita baca isinya membingungkan; bisa jadi ia ditulis oleh orang yang juga sedang mengalami kebingungan.

Anehnya, puisi yang membingungkan dapat juga membuat pembacanya merasa penasaran. Lalu diimajinasikan sesuai pengalaman pembacanya. Justru menjadi puisi yang unik dan menarik.

Simaklah contoh puisi berikut. Sumber: Kompasiana

Puisi Bingung

Bingung…tak bisa berkata apa. Pun tak jua bisa berbuat apa. Fikiran seolah buntu tanpa arah harus kemana dan bagaimana.
Waduh…harus tanya pada sesiapa. Tak ada yang tau, apa yang sedang aku rasa. Bahkan aku sendiri saja tak tahu.
Rasa malas dan bosan kian melanda. Bagaimana ini? Tapi harus dijalani. Suka atau tidak suka.

Senja memerah. Langit kian menghitam. Buatku bertanya. Kenapa waktu semakin cepat berlalu ? Jangan, jangan dulu tunggu aku siap sambutmu.
Tapi siapakah aku ini. Hanya tinggal jalani. Sekali lagi suka atau tidak suka, mau atau tidak mau.
Inilah hati, yang kadang membingungkan pemiliknya, karena kadang ia tak sejalan dengan apa yang ada dalam angan.

Berpuisi Karena Perasaan Cinta

Cinta adalah alasan bagi segalanya. Ia pula yang menjadi alasan kenapa kehidupan ini berputar sejauh ini. Cinta tak akan ada habisnya, bahkan menjadi bahan bakar utama bagi penciptaan puisi. Dengan perasaan cinta dapat dihasilkan sejuta kata dan puisi. Ia tidak cukup untuk dituliskan atau disampaikan. Cinta adalah sumber nilai yang tiada kering; tiada tara; tiada habisnya.

Cinta ada di setiap ruas kehidupan. Hampir sebagian besar puisi lahir atas nama cinta. Perasaan cinta di sini adalah mencakup rasa jatuh cinta, rindu, perpisahan, atau putus cinta. Semua hal yang terkait dengan cinta dapat menjadi puisi. Cinta yang tak terbalas juga bukan?

Berpuisi Karena Sedih

Seperti halnya karena kecewa, kesedihan juga dapat menjadikan sebuah alasan bagi seseorang untuk berpuisi. Banyak hal yang menyebabkan kesediham seperti sedih menghadapi nasib, sedih ditinggal orang tua, ataupun sedih karena memikirkan jodoh ataupun pekerjaan. Simaklah contoh puisi sedih di tautan berikut.

Tugas Sekolah

Bagi yang masih berstatus pelajar, dalam pelajaran bahasa Indonesia misalnya, ada tugas menulis puisi yang harus dikumpulkan. Atau sekedar tampil di depan kelas untuk membacakan puisi. Alasan ini yang menyebabkan seorang pelajar berpuisi.

Merasa Tertantang

Ada kalanya seseorang merasa ditantang, atau menantang dirinya sendiri untuk menulis atau membaca puisi, Misalnya saja ketika ada suatu ajang perlombaan menulis atau membaca puisi, ia merasa tertantang untuk menjajal kemampuannya, apakah dapat mencapai juara.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *