Tulisan ini sekaligus menjawab rasa penasaran kami, tentang kata apakah yang paling sering digunakan dalam puisi. Data yang ditampilkan adalah hasil dari eksperimen kami secara sederhana sehingga mungkin perlu disempurnakan.
Kami mengumpulkan sumber datanya yaitu berupa puisi-puisi yang ada di Instagram. Selanjutnya kami rapikan ke dalam text file, untuk selanjutnya kami olah menggunakan bahasa pemrograman Python.
Kami mengumpulkan sekitar 116 puisi yang bervariasi dalam hal jumlah katanya. Ada yang jumlah katanya cukup sedikit, juga ada yang banyak. dengan cara yang cukup sederhana, kami mencacah banyaknya kata di semua puisi tersebut. Program Phyton “membaca puisi” dari file teks dan mengelompokkan sesuai kata-katanya. Hasilnya lalu disimpan ke text file.
Berikut ini tahapannya.
(Peringatan: bagian tulisan di bawah ini bisa jadi terlalu teknis. Jika ingin melewati, silakan langsung ke bagian hasil)
1. Menyunting Puisi dari Instagram
Hanya diperlukan sedikit ketekunan 🙂 yaitu mencari posting instagram yang captionnya adalah puisi. Kalian bisa mencobanya dengan menggunakan tagar tertentu, misalnya #puisi. Salinlah ke dalam aplikasi pengolah kata, misalnya Notepad, atau aplikasi yang sering kalian gunakan. Rapikan, dengan membuang bagian-bagian kata yang bukan merupakan pokok puisi.
- Baca juga: 7 alasan berpuisi
2. Mempersiapkan Program Python
Apakah harus Python? Jawabnya adalah tidak harus. Kalian bisa menggunakan bahasa pemrograman apa saja yang kalian bisa. Bahkan jika menggunakan Excel pun, kami yakin bisa didapatkan hasil yang sama.
Kebetulan sudah ada contoh programnya di geeksforgeeks.org
Di contoh kode sumber tersebut, hasil yang didapatkan kemudian ditampilkan di layar monitor, sehingga kami perlu menambahkan beberapa baris kode agar dapat menuliskan hasilnya ke dalam file teks.
3. Mengolah Data
Sebenarnya Python memiliki pustaka yang lengkap yang dapat digunakan untuk sekedar mengolah perhitungan data yang sederhana ini. Namun kami memilih cara lain yang cepat dan tidak perlu koding, yaitu dengan menggunakan Excel.
Hasil yang terdapat di file teks, sudah kami lengkapi karakter ‘|’ sebagai pemisah data. Sehingga tinggal kami olah di Excel dengan fungsi TextToColumns dan gunakan karakter pemisah (delimiter) tersebut. Kalian tentu cukup terbiasa dengan Excel bukan?
Selanjutnya data tersebut kami urutkan. Dari data yang diurutkan tersebut didapatkanlah kata apa yang paling sering digunakan di sample puisi tersebut.
4. Hasil Perhitungan
Kami telah mendapatkan hasil perhitungan berupa jumlah tiap kata dalam keseluruhan puisi, termasuk judul puisi. Dalam hal ini kami tidak membedakan jenis katanya (kata dasar, kata kerja, kata penghubung, atau lainnya). Selanjutnya kami hanya memilih 20 kata terbanyak penyusun puisi. Berikut ini adalah kata-kata tersebut:
- kau
- dan
- tak
- aku
- dalam
- dengan
- ada
- akan
- kita
- dari
- pada
- adalah
- itu
- ini
- hingga
- untuk
- menjadi
- hati
- atau
- ke
Dengan urutan dan jumlah katanya sebagaimana ditunjukkan di tabel berikut:
5. Kesimpulan
Ternyata kata ‘kau’ menempati urutan pertama. Kata tersebut paling sering digunakan dalam sekitar 7600 kata. Kami tidak begitu meyakini apakah telah terjadi perubahan tingkat kesukaan penggunaan kata dalam puisi, terutama di puisi kontemporer. Dulu, bahkan kata ‘Aku’ menjadi sebuah judul puisi yang sangat legendaris karya Chairil Anwar.
Dari hasil yang ditunjukkan tersebut, semoga dapat dijadikan ide bagi kalian yang ingin membuat puisi.
6. Puisi yang Digunakan
Berikut ini adalah puisi-puisi yang digunakan sebagai bahan perhitungan jumlah kata terbanyak.
bagus_dwian
Hanya ini
Kemarilah kekasih,
Kita tanam tunas cinta dan pohon-pohon kasih,
Agar kelak nanti anak cucu kita tak lagi mengenal kata benci,
Tak lagi memaki kita yang hanya meninggalkan duka pada bumi manusia yang rapuh penuh lara,
Yang hanya berisi sampah-sampah dari pemikir egois negeri,
Yang lebih memilih mati muda dengan harta melimpah ruah tapi membunuh sesama,
Daripada menua dengan hidup penuh bahagia.
.
Suatu malam di 2019
—–
bagus_dwian
Duka batuan cadas
.
Pada ngarai itu kutanggalkan cerita kelam. Tentang masa lalu yang perih tak berkesudahan. Tentang masa depan yang entah berani kujamah atau sekedar menerka lewat foto-foto yang menyisakan pahit.
.
Luka itu akan selamanya abadi. Tertanam kuat dalam hati. Entah sudah kesekian kalinya aku mencoba melangkah tapi tetap saja urung terbayang luka.
.
Luka kala melihatmu harus meregang nyawa di hapit batuan cadas yang tak berjiwa. Dengan mata kepala yang hanya diam dan pasrah.
.
Dalam malam di tengah sepinya kota, 2019
—–
racunfrasa
PENGGALAN PENINGGALAN
Angan dan ingin mungkin dilahirkan dari rahim yang sama
Keduanya semacam peramal yang selalu bicara tentang masa depan
Terjadi atau tidakkah kita tunggullah mereka menua
Mati lalu dikuburkan sebadan di pusara yang sama
Sesuatu yang kemudian tumbuh di atas tanahnya
Itulah yang mesti kau sirami terus
Hingga kau paham
Kehidupan selalu butuh diperjuangkan
—–
jaesk_____
INTEGRAL
__________
Kupisahkan terlebih dahulu
benda-benda badaniah yang melekat
dalam bilangan-bilangan (yang kadang tak selalu terasa) merata
sebelum kalian memandikan aku
untuk membersihkan konstanta
yang tersembunyi di dalam tubuh
Kelak, jika jasadku telah kalian
kembalikan pada tempat ia dipinjam
nantikanlah sebuah kabar baik
yang takkan sampai ke muka pintumu
dari ruhku yang moksa,
diangkat pangkat menuju nirwana
__________
Kelas Matematika, 16.36
—–
dinimizani
HUTAN MANGROVE DAN CINTA
coba kau sibak, pokok-pokok bakau di hutan dalam dadamu.
tempat cinta berlumur, air laut melambat, lumpur-lumpur merambat.
kepiting dan udang hidup tenang.
di sana, akan kau temukan aku, dan cintaku yang tak akan surut.
sebab bukankah pantai, adalah tempat kau melabuh kenang kelak.
menemukan aku dalam cahaya, menemukan tanda-tanda cinta yang akan terus-menerus kau temukan selama rhizopora terus berbunga.
Di_30 November 2019
—–
@artdiantlazuardiii
KITA TAK PERNAH MENANAM APAAPA
:Soe Hok Gie
.
Segala bukanlah kepunyaan kita
pun waktu yang kita habiskan dengan berbagai makna
tentang perasaan dan kesan telah kita tinggalkan pada sesama
perihal bungabunga yang kita bicarakan di beranda
.
Dan katakata yang tumpah
dari bibirmu menuju berbagai muara aksara
untuk menebar angkara atau menyembuhkan luka
.
Siapa yang tau, sayangku?
Apa yang sebenarnya kita tuju
dari perjalanan ruang dan waktu
Pun berbagai peninggalan
yang kita titipkan pada anak cucu
.
Mari sini, sayangku
Ijinkan aku malam ini barang sejenak
untuk tidur di pangkuan
Mengenang tentang apa
yang tak pernah kita tanam
sebelum kita pulang
.
Kotabumi, 30 November 2019
—–
@rayottid
Puisi – Kita Kata dan Kota-Kota
Memang sebagian dari kita
Terdiri dari kata-kata
Yang berjejer di antara
kota-kota
Genggaman tak bisa dibeli
dengan pulsa data
Tatapan mata tak seindah
jika berkontak lewat layar kaca
Canda-tawa lebih gurih
jika tak lewat alat pengeras suara
Tapi direnggang gedung-gedung
Mencipta ruang bagi semesta
untuk merumus doa-doa
bagi mereka yang tak mampu bersua raga
Kelak,
semoga lekas nyata.
Manado, 30 November 2019
—–
syams_x
Judul: Sudah Habis
By: Syams-X
.
“Kita dapat warisan, kan?” tanyamu.
Sudah habis jawabku
Warisan keramat yang bernama merdeka
Kakek dan ayah kita yang habis-habisan jaga
Habis betulan di telan jelaga perilaku
Dan mulut-mulut yang terpenjara dalam hiasan caci dan maki
Bandung, 30 November 2019
—–
rabakhir
Menabung
keping-keping koin yang puisi
dimasukkan ke dalam kepala ayam berwarna merah
oleh seorang anak – setiap hari di sore hari
selepas pulang sekolah
di suatu hari di masa yang entah
kokok ayam membawa keping-keping puisi
kepada hati dalam buku yang bertuliskan
namamu – atau namaku – atau keduanya
tidak ada yang mampu memilih
Jakarta, November 2019
—–
lembayungmerah88
PENERIMAAN
Aku terima
Semua
Tanpa tapi
Baik
Buruk
Tanpa aduh
Seluruh guratan
Menyeluruh sirat
Tanpa andai
Sesungguhnya
Apapun di dunia ini
Tersusun saling terikat
Terkait saling terwaris
Bandung, 30 November 2019
—–
teguh_maulana2018
Sir November
Angka kedua puluh lima telah lewat
Kenangannya usai masif
Tahun depan mungkin saja bisa beri selamat
Andai usia masih dikandung badan aktif
Torehan kecil ini dibuat sebagai pesan ajaib
Entah diterima atau tidak
Hanya hati yang mampu menjawab
Di dalam hati satu satunya sepihak.
Tidak ada kata telat
Bagi insan yang berbuat
November ini jadi alasan kuat
Agar hati mantap ingat
Kekasih gelap dalam taat
Meski terjebak sulit
Namun tidak ikut karut- marut.
Karanganyar,
Nov. 30, 2019
—–
sheleadart
Warisan
Warisan menjadi gemuruh
dibibir-bibir yang haus harta
—–
lestari_fa82
Sekedar Ingin
Di seberang pulau
Menantikan pelukan
Sedang kau terapung di kesunyian malam
Sekedar ingin
Langkahku seperti ini
Ucap jiwaku pada maklumat yang mengintai
Luruh semerbak wangi bunga bertaburan
Sekedar ingin
Kau tak tahu pelik dalam diary rasa ini
Untuk apa juga kau tahu
Bahwa sekejap akan berubah
Waktu tak akan menunggumu siap
Kaulah yang harus memulai
Sekedar ingin
Warisan ini akan terus menjalar
Hingga nadi tak akan lagi berdetak
Hingga saat itu tiba dengan senyum bahagia
Aku adalah aku
Yogyakarta, 30 November 2019
—–
fina.kaa_
Terjatuh
Terjal-terjal menyapamu
Berlari sempoyongan, lalu mencelakaimu
Kau ambruk tak tersadar
Dan, tahukah kamu
Ini adalah bagian dari jebakanku
Kuingin kau jatuh pada ngaraiku
Lalu, kan kumandikanmu dengan kasihku
Madiun, 29 November 2019
—–
kaharirian
Pusaka Jejak
Temaram yang merambat pudar menembus juga hari-hari yang menyisakan nostalgi sepanjang perjalanan itu.
Seperti catatan harian yang apik
Tulisan menyisir baris halaman,
Meniti bait-bait homograf
Lalu mewasiatkan kata pada kalimat pusaka yang sakral :
Kerinduanku tertuang dalam goresan tinggalanku
#Palimanan, 30 November 2019
—–
fina.kaa_
Aku Bukan Lekuk
Saat bising-bising itu menyesatkanmu
Lalu menelan matamu
Dan kaupun hanya buntu
Kompasmu tak berjalan
Petamu koyak
Mata angin tak beraturan
Dan, kau menderap padaku
Meninggalkan jejak jemejak ruat, ruam, dan rusak
Tapi lekuk tubuhku, bukan lekuk jalanan
: Aku tak bisa ditempuh banyak orang
Madiun, 28 November 2019
—–
poetriazela
Peninggalan
Aku gila belajar
Agar ilmu mengalir seperti air
Singgah di tempat yang butuh
Hingga menyebar tanpa jeda
Hanya ilmu peninggalan yang layak untuk manusia
Harta bisa membunuh
Harta bisa melupakan
Ilmu berevolusi bersama zaman
Ingat ilmuwan zaman dahulu
Manfaatnya mengalir hingga hari ini
Berubah mengikuti zaman
Ilmuwan hari ini berinovasi
Jika nyawa sudah kembali ke haribaan Tuhan
Nama akan mengabadi, ilmu terus mengalir
-Azelais
Lubuk Alung, 30 November 2019
—–
fina.kaa_
Malam
Kau tak kunjung masuk rumah dan memanen mimpi
Barangkali kau masih disibukkan oleh degup-degup malam yang lebam
Yang sejenak mendudukkanmu di teduh bintang yang kelaparan
Kau berlari menjejaki air mata
Mengejar lentera kecil yang berseliweran
-Aku adalah kunang-kunang di latar pikiranmu
yang tercipta dari gemuruh-gemuruh rindu
Madiun, 27 November 2019
—–
rahmahmursalim
Anugrah Terindah
Kepada bumi
Terima kasih untuk alammu yang membentang luas
Dengan hamparan keindahan
Terima kasih untuk lautmu
Yang menghidupkan biota beraneka ragam
Izinkan aku menjadi sebaik-baiknya khalifah
Demi menjagamu keasrianmu
Demi menjaga alam yang telah dititipkan Sang Maha Pencipta
Tegur aku jika suatu saat
Tanganku merusak segala kesuburanmu
Kelak,, jika masaku denganmu berakhir
Segala bentang mu akan kutitipkan pada anak-cucuku
Agar menjadi cerita perihal anugrah yang terindah
—–
fina.kaa_
Asap
Molekul-molekul tajam selalu menabrakmu
Ribuan kata jatuh, sakit, lalu mati
Asap-asap sesak, asap-asap luka, dan asap-asap kebencian
Tertebar lihai penuh kepuasan
Kita semua sedang dibunuh
Oleh pembunuh yang juga membunuh dirinya
Tapi, seribu maaf seribu tolak
Aku tak ingin mati bersamamu, aku tak ingin mati karenamu
Madiun, 25 November 2019
—–
yut_ais
Jauh Selepas Pagi
jauh selepas pagi
sedaras mantra ayah
mengalir pada
tubuhku yang lekas mekar
menjadi pemberkat dalam hidupku
jauh selepas pagi
ayah memberi isim yang indah
lalu menghablurkan ke segalanya
untuk hidupku
—yang bersembunyi selama hidupnya
2019
—–
perempuanbumi
Warisan
Karya : Dindara
Ibu dan ayah mewariskan cinta dan kasih
Kepada anak-anaknya
Melebihi dari apapun
Yang paling berharga
Bukan hanya kecantikan dan ketampanan
Tetapi budi pekerti
Yang melekat di hati
Sampai akhir hayat nanti;
Warisan yang tak akan ada habisnya
Dimakan usia dan masa
Garut, 30 November 2019
—–
perempuanbumi
Tetap saja
Karya : Dindara
Mendaki berdua
Melewati rintangan
Melewati gunung-gunung
Dan menyebrangi lautan
Namun, tetap saja
Jika perasaan tak saling sama
Tidak akan ada sebutan “kita”
Dalam setiap perjalanannya
Garut, 29 November 2019
—–
ummi.l
Warisan semesta
Entah kekar atau gemulai
Warisan itu harus kau jaga
Entah berhijab atau bersarung
Warisan itu harus kau bimbing
Ketika semesta percaya
Memberimu warisan yang amat berharga
Detik itulah
Waktumu, tenagamu, dan bahkan hidupmu
Bertanggung jawab pada arah langkah warisan semesta
November, 2019
—–
perempuanbumi
Antara
Karya : Dindara
Kau berdoa
Menengadahkan tangan
Duduk diatas sajadah
Di antara dua lipatan kakimu
Menutup mata
Di antara malam yang panjang
Yang selalu kau idamkan disetiap malamnya
Dengan perasaan yang sudah tak lagi remuk
Garut, 28 November 2019
—–
@anugrahprasetya_
Bocah Petualang
Kau adalah pemandu yang mengajakku tersesat dan hilang. Dan, aku seperti bocah lugu yang mudah kau tipu.
Mulai dari dua telaga indah di wajahmu dan ilalang-ilalang yang menyembunyikan keberadaannya.
Aku seperti bocah yang berenang di airnya yang jernih.
Lalu, pada goa yang bersuara; mendesah atau berpuisi. Kau beberapa kali mengulumku di sana. Seperti permen di mulut bocah.
Kemudian, berjalan di celah tebing dadamu. aku berpikir: aku akan betah berlama-lama di sini. Dinding-dinding tebing ini lembut dan hangat. Aku ingin terlelap seperti bocah yang lelah habis bermain sepanjang hari
Sampai, kau mengajakku tersesat di hutan dan sebuah jurang menungguku di dalamnya. aku menatap kegelapan seperti bocah yang tegang karena ketakutan.
“Ini lebih lembut dan hangat dari tebing yang baru saja kau tinggalkan, sayang.”
Kau mengusir bocah dalam tubuhku – Menyisakan ketegangan?
— Kau mendorongku masuk ke jurang itu. Berkali-kali.
Jakarta, November 2019?
Anugrah Prasetya
—–
@nanafirmansyah16_
Maaf ibu
Ada ngarai dilekuk pipimu ibu
Saat aku jauh dari inginmu
Melepaskan semua harpan itu
Khalayaknya debu
Maaf jika aku telah menjadi pisau
Mengiris-iris tipis hatimu
Menusukannya kejantungmu
Tapi itu bukan inginku
Sikecilmu ini ingin dekat
Masih ingin mengeja huruf
Atau menyusun fuzzle
Dan Mendengarmu bercerita
—–
@dinimizani
NGARAI SIANOK
di kedalaman matamu yang ngarai, telah kau bentang segala lukisan yang kanvasnya adalah perjuangan menakluk takdir.
tiap patahan dan lembah memiliki cerita yang iramanya mengusung rinai dan gigil.
sianok menyinsing sunyi. uir-uir bersahutan menyingkap takdir.
nun jauh di hulu, gelombang tak henti mengintai.
Di 29 November 2019
—–
@kaharirian
Tebing dan Lembah
–
Aku lejar merayap keteguhanmu
Memanjati tebing-tebing batu curam
Jurang nyatanya sebuah lembahan yang membatasiku.
Tapi langkah kulaju
Hingga kakiku terseret cadas
Di antara keringat dan getirku
Tebing curam hanya menyimpan keteguhanmu
Aku lejar menggoyah kerasmu
Menggegam dinding dan celah
Pijakanku telah menggoyah hati dan asaku
Langkah masih kulaju
Tapi ngarai membentangkan keluasan
Dari kedalaman tak bisa kurayapi lagi
Catatan nyatanya sebuah elegi yang menahanku
–
#Palimanan, 29 November 2019
—–
rayottid
Puisi – Pasti Sampai
Kau menyusuri hilir sungai
diapit dua curam tebing
gurauan kehidupan
Sesekali batu memberi diri,
merayumu,
menjamu dirimu
agar kau lekas berhenti
Tapi tiap lipatanmu adalah besi
Sedang gerak-gerikmu adalah api
Kau pasti!
Embusan angin pula mengamini
Manado, 29 November 2019
—–
artdiantlazuardiii
ELEGI UHUD
Kau telah tertidur, di dasar ngarai Uhud yang panas mengganas. Bergegas sekelompok burung Nasar, asik mematuk-matuki matamu yang cemar.
Seakan tak peduli kecewa, telah membatu di dada. Seorang perempuan gila, memakan jantung beserta rasa sesalmu yang hina.
Padahal sekejap lalu tangan ringkihmu hampir menggapai menang, namun harta benda menggoda nafsumu tak tenang.
Di hadapan segala yang berkilauan, kau coba peluk semua kejayaan. Rakus telah kuasai dirimu luar dalam, membuat matamu buta akan segala aturan.
Namun siapa sangka, ratusan panah berbalur kutukan mengubur mimpimu dalamdalam.
Dan kini, malaikat maut telah menunggu di gerbang penyesalan. Dengan lesu kau berusaha mencari jam pasir pemutar waktu, tapi yang kau temukan hanya kenyataan pilu.
Sampai saat ini bukit Uhud dan seluruh penghuni telah jadi saksi, tentang dukamu yang abadi sepanjang zaman.
Kotabumi, 29 November 2019
—–
ekadrienasari
Bosan
Kau dan aku tak lagi bersuara
Sebab teriakan telah habis
Kini kita terdiam
Dengan pertanyaan bermunculan
Kemana rasa akan terbawa?
Akankah kita tetap memaksa?
Celah di antara kita sudah seperti jurang
Menganga lebar tak dapat disatukan.
Mungkinkah masih dapat kita rekatkan?
Sedang rasa sudah terkikis bosan.
281119
—–
fithrisuffi
Tak Mengapa
Tak mengapa sendiri
Dalamnya jurang tak akan membinasakanmu
Selama terjalnya bebatuan justru membantu menguatkan akarmu
Sedang bunga-bunga bebas mekar bercanda dengan kesabaran
Dengarkan saja
Kidung alam di antara kicauan burung
Atau senandung perdu di sekelilingmu
Hari masih panjang
Matahari esok masih bersinar terang
Tetaplah tumbuh
Tetaplah tangguh
Tak mengapa
Jambi, 29 November 2019
—–
lestari_fa82
Sebaik kata Kita
Mengembara asa menua dalam langkah
Kita hanya ada satu Pencipta
Menerawang hingga kepelosok jumpa
Bagaimana dengan rasa yang berselimut
Hendak jalan terjal berliku dan ngarai
Tebing menjumpai segenap angan
Kau berdiri dan rasakan
Kita adalah makna dalam satu arah
Sebaik kata kita
Curam pada setiap kata
Membangunkan kisah penuh makna
Di atas puncak berbatuan
Kau saksi pada jejak-jejak yang melekat
Yogyakarta, 29 November 2019
—–
rabakhir
Kisah Musafir yang Tersesat (2)
aku terus berjalan melanjutkan perjalanan
tanpa henti dan jemu sampai aku menemukan
sebuah ngarai yang kedalamannya adalah
puisi yang maknanya tak dapat ditebak mata
aku yang musafir
adalah pembaca yang tak ingin
melewatkan barang satu kata
aku melompat pada puisimu yang ngarai
tak ada apa pun yang kutemukan kecuali
jiwa yang kau tinggal
aku memeluknya erat-erat
kini kita tersesat berdua
tak ada yang dapat menemukan
sebab katamu telah menjelma kisah mistis
yang mencegah orang untuk berjalan mendekat
Tangerang, November 2019
—–
iq_risfandi
3 rangkap Haiku merana
kekasih datang
ketika jiwa rawan
terjun telentang.
tubuhnya remuk
di dasar ceruk dalam
malang tak tertolak.
lalu asmara
hilang tidak terbilang
menjelma hampa.
Tangerang 29 November
—–
rahmahmursalim
Hamparan Harap
Ada hamparan terbentang dihadapku
kutatap luas pada ketinggian
Ada harapan tersimpan disana
Ingin ku rengkuh ketinggian itu
Tapi aku takut akan terjatuh
Pada dalamnya jurang kecewa.
Aku takut tethempas kuat lulu sakit tak berkesudahan
—–
teguh_maulana2018
Bernaung
Tatapan tajam menelisik
Mencari suara bersahut sahutan
Mimpikah ini sementara berdiri bulu kuduk
Mencoba meraih sebatang ranting yang rentan.
Suara terdengar lagi
Namun angin yang menyelinap diri
Pasang kuda kuda bila perlu
Menanti dan menunggu.
Kepala tengadah sempurna
Pasang semua indera berpunya
Tidak ada apa apa ternyata
Hanya alam liar menyapa.
Takjub tak percaya
Bahwa ini yang ada di depan mata
Satu satunya yang tercipta
Di bawah indah nyata.
Keindahan alam suaka
Seribu makna terpendam sudah
Baru terasa ada didalamnya
Ngarai bukan lembah.
Karanganyar____
Nov. 29, 2019
—–
syams_x
Judul: Bentang Pemisah
Ada ngarai di antara kita
Terbentang dari sketsa ucap pesimismu
Juangku menjadi serpihan tinta tak berwarna
Kusam, muram, dan pupus di telan kanvas egomu
Mengapa engkau menasbih menjadi esensi nyata
Seolah imaji cita yang kurangkai adalah kekonyolan belaka
Sampai kapan, cinta?
Kau biarkan bentangan itu memisah kita
Seolah aku seorang Edolas, dan kau putri Magnolia
Bandung, 29 November 2019
—–
poetriazela
Mengenang
Segar mata memandang
Sejuk udara menyapa
Namun, pilu hati
Mengiris mengingat masa
Ini tempat sungai darah
Nyawa melayang, jasad terbengkalai
Kejam tangan para penjajah
Menoreh pilu hati si pendengar sejarah
Tebingnya cantik
Dedaunan hijau segar
Tetapi cerita tetap perih
Kejam tangan penjajah di tempat indah .
-Azelais-
.
Lubuk Alung, 29 November 2019
—–
lembayungmerah88
CARA MENDAPATKAN AKU
Aku tak rumit
Tak membuat sulit
Jika kau bilang aku tak tergapai
Mungkin kau salah dalam cara mengupayakan
Jangan kau daki, cinta milikku tak tinggi
Jangan kau panjat, cintaku tak curam
Dekap aku dengan pandanganmu
Nikmati setiap aku
Dengan sendirinya
Aku akan termiliki olehmu
Bandung, 29 November 2019
—–
yut_ais
Perihal Dua Nama
aku
adalah perihal dua nama
perindu
yang sedang menunggu
di tebing senyum kecilmu
dan
pecinta
yang ingin menduduki
jurang di hatimu
2019
—–
@rabakhir
Memilih Jalan
Jalan yang berkelok adalah
jalan yang penuh rintang adalah
jalan menuju Tuhan
Sebagaimana ombak yang tinggi adalah
Ombak yang kita hindari adalah
ombak yang disenangi pelancar
Maka bagaimana caramu menuju Tuhan?
jika jalan yang kau pilih adalah
jalan yang lurus-lurus saja
Tangerang, November 2019
—–
@eddy____sup
DOA
Rabb
sebelum kening
benarbenar hening
dan hening
benarbenar kering
lesakkanlah cahaya-Mu ke dadaku
Rabb
sebelum rongga itu
menelanku
dan batubatu
tidur di tubuhku
rubuhkanlah istana di kepalaku.
(2019)
—–
artdiantlazuardiii
DALAMNYA PELUK
Butuh waktu lama
untuk sampai ke tempatmu
penuh lika-liku lubang sialan
dengan berbekal penuh kesabaran,
penuh luka-luka dalam perasaan
serta semangat yang hampir retas
di beberapa perhentian
Lalu di tujuanku yang sunyi
kau hidangkan segelas rindu
akan segarnya susu ibu
dari balik dada yang kau sembunyikan
dalam gelapnya ruang
Sedangkan pemuda pemudi
bermain di atas bebatuan
tak peduli akan pelukan teduh
yang kau tawarkan
“Ijinkanlah aku menelusuri lekuk tubuhmu yang telanjang.”
Seru permintaanku yang lancang,
namun tak kau permasalahkan
Dengan kasih sayang penuh
kau menuntunku dengan seluruh
masuk ke dasar pelukmu, tenggelam
di kedalamannya jiwaku istirahat
dengan tenang, lalu hilang
Kotabumi, 28 November 2019
—–
rayottid
Puisi – Selamat Hari Pergi
Lubang di hati disirami
hangat rindu susu coklat
di pagi hari dari yang telah pergi
Sebilah pisau menyalami
kue tar yang diam sendiri
tanpa nyala lilin
dan embusan doa-doa umur panjang
yang terucap di dalam hati
Tali-tali mengikat balon-balon
melayang bersama kenangan
tentang hangat peluk pertama
seorang wanita
Putih gula berserakan di cekung bibir,
menunggu tangan tua mengsuap
air mata yang jatuh karena
ditarik paksa oleh tarik-embus
napas yang menyingkap mantra
“semoga kau tenang hidup di alam sana”.
Manado, 28 November 2019
—–
fithrisuffi
Persembahan
Keluk, lekuk abadi
Terpahat, terpatri sejati
Dalam kilas perjalanan sejarah
Tentang sebuah persembahan
Maharaja menurunkan titah
Sesembahan di gelar di atas altar
Berharap sang dewi pasrah
Menghamba dirinya selesai fajar
Tetiba terdengar jumawa suara sang jago
Di antara tabuh antan bertalu
Sambil melempar jauh sang ego
Maharaja luruh tertunduk malu
Jambi, 28 November 2019
—–
teguh_maulana2018
Jam Pasir
Indah terlihat beda
Enak dipandang
Anggun bermakna
Asyik disanjung.
Bolehlah sesekali
Itu dirimu nyata
Namun hati kecil menolak permisi
Harusnya tidak disana.
Baiknya dirumah
Jangan diumumkan
Buat yang di hati lebih indah
Itu mau pribadi bukan untuk orang lain.
Karanganyar,
Nov. 28, 2019
—–
syams_x
Tenggelam
aku tak mau melihat
takut terjerat seperti mutiara kata
dan manuskrip elegi zaman
yang tenggelam termakan syairnya
Aku tak mau mengecap
waktu mungkin berpindah
tetapi hasrat masih tertawa
tanpa pernah terbawa
di sana dia menikmati setiap gurat nakalnya
Bandung, 28 November 2019
—–
fithrisuffi
Malam Keruh
Ketika langit melipat siang
Dan menurunkan jubah kelam
Angin mendesah resah
Menghempas tubuhnya di atas samudera
Gemuruh ombak saling dahulu
Mencapai tepian pantai yang menanti dengan tabah
Pada suatu malam keruh
Aku menyimpan peluh
Dalam sebait goresan lusuh
—–
bagus_dwian
Perempuan di kerumunan hewan
Lekuk tubuhmu menggoda
Mata-mata keranjang yang siap menerkam
Menarik mulut-mulut penuh caci maki
Berlagak paling suci
Lekuk tubuhmu menggoda
Mata-mata yang meraba tiap inci
Tangan-tangan yang menggambar dalam awang
Mulut-mulut yang siap melecehkan
Lekuk tubuhmu menggoda
Begitu indah tapi dijelajahi tiap mata
Begitu menawan tapi menjadi gunjingan
Begitu sedap dipandang tapi menjadi bulan-bulanan manusia bernafsu hewan
Betapa malangnya perempuan di kerumunan hewan.
.
Sidoarjo, 28 november 2019
—–
lestari_fa82
Lekuk tanganku
Sedari hebis menenggelamkan seribu alasan di perbatasan
Kau hinggap seperti kupu-kupu yang elok dipandang
Sajak yang berkabung menebarkan perbukitan nyata
Lekuk-melekuk sederet asa
Bertabir dalam melodi kelam hendak hinggap dan menempati ruang
Singgah kau dalam perumpamaan
Bagaikan awan bergerak secara perlahan
Lekuk-melekuk sajak beriringan
Tiada tau pasti apa maksud alam semesta
Lekuk tanganku
Genggam segala warna pada mata
Sinar melekat berbisik pada sunyi yang menerpa
Yogyakarta, 28 November 2019
—–
rahmahmursalim
Tentang Rasa
Perjalanan kita kala itu
Kurangakai kata demi melanjutkan aksa
Demi menemukan sebuah cerita
Perihal langkah yang menggejolak pada hati
Lekukmu yang menghangatkan nalarku
Mengundang syahdu pada akal yang tak mampu kutepis
Tolonglah, jangan dulu menuai rindu
Tentang temu yang tak berkesampaian
—–
nk_adah
Sajak yang Mawar
Lekuk daunmu begitu hijau
Bunga putih mengundang kesucian
Aroma merdu
Tertanda sajak yang mawar
Bandung 28 November 2019
—–
iq_risfandi
TETAP dan TERUS (CINTA) :Miles Davis/So What
Acapkali
rindu itu ‘kukejar
lindap dan inap di lekuk matamu.
terus,
kau masih saja abai
pada kobar asmara itu.
lihatlah nanti
kau segera kudatangi
sebab ladang ku bermihrab tepat di lekuk dadamu.
terus,
kau akan tetap buai
pada akbar asmara itu.
di penghabisan
kutekan minor nada perlahan
masuk dalamdalam pada liang peranakan
siap kau simpan hingga sembilan bulan ke depan.
terus,
aku siap siaga
berada tepat di sampingmu berbaring.
Tangerang 28 November
—–
ummi.l
Rain(du)
Rintik lembut mulai menyapa
Seperti janji pada semesta
Meski kadang hadirnya tak terduga
Aku datang
Ia pergi
Aku berlari
Ia diam
Tak berkutik
Segala hal yang lalu datang menyapa
Aku harus apa ?
Sapa tak lagi nyata
Rindu hadir tak terduga
Jatuh lembut perlahan deras tak terkira
Aku bisa apa ?
Selain menerima dan menikmatinya
2019
—–
ummi.l
Penghambaan
Saat layu pilu membiru
Kain digelar
Khusyuk mengumbar
Ketika hingar bingar datang
Secuil rayu bentuk penghambaanpun tak lagi terdengar
Gemerlap nyatanya menyesatkan
Sedang sunyi seringnya menenangkan
Pada titik rotasi bumi bervolusi
Seorang hamba hanyalah hamba
Yang datang kala susah menyambar
Dan hilang saat gemerlap diumbar
—–
ummi.l
Karat
Kuning melekat
Hitam legam jadi tak bermartabat
Sia-sia
Kuat tak lagi kokoh
Meniung namun tetap dibuat
Aneh
Kuning
Hitam
Kokoh
—–
ummi.l
Baru
Menjadi tuan untuk diri sendiri
Menguatkan azzam
Mengibarkan bendera perang
Lelah harus kau lalui
Kata orang harus kau acuhkan
Perihal menata hati
Kau paling tahu dirimu sendiri
Baru
Bukan hal eksistensi
Bukan pada keriyaan hati
Baru
Untuk tuan yang lebih baik dari yang lalu
2019
—–
ummi.l
Kamu dan Kematian
Entah diangka keberapa kita akan berjumpa.
Entah kamu atau kematian yang ku jumpa terlebih dahulu.
Keduanya sama, akan membawaku ke fase selanjutnya.
Keduanya sama, pernah ku damba kala putus asa.
Namun aku sadar~
Keduanya pun sama, perlu banyak persiapan sebelum berjumpa.
Entah kamu atau kematian yang ku jumpa dulu.
Semoga diwaktu yang tepat aku sudah siap untuk melangkah ke fase selanjutnya. .
Bodeh, 6 Januari 2018
—–
ummi.l
Bebas Terbatas
Pada dinding-dinding suram
Ada lagam yang tak bisa dipahami
Di atas langit-langit kamar
Ada sinar yang enggan menembus barang setitik
Sepanjang kalimat terangkai jelas
Jeda penghubung menjadi batas
Batas jelas tak jadi tampias
Jeda menjadi bebas
Bebas memberikan kata hingga menjadi makna
2019
—–
lembayungmerah88
DALAM SEMESTAMU
Kugamit lekuk itu
Meraibkan akal
Disaat deru nafas menjadi tuan
Dan cumbu menjinakkan berahi
Kuciumi setiap inci garis lekuk
Sorot tatap syahdu menelanjangi jiwa
Senyum memanjakan biar
Desah rayu irama pengantar jiwa
Nona, di dalammu
Aku karam
Bandung, 28 November 2019
—–
kaharirian
RENGGANIS
Kita beranjak dari kejumudan
Yang tersisa dalam sebuah jejak
Dari nostalgi.
Pijakan yang tertutupi
Padang ilalang kecoklatan
Keringatmu bercucuran
Di antara cemara cemara kering
Tanda panah mengarah ke sebuah lekukan
Menyeret langkah
Yang terbebani kenangan
Dalam dinginnya malam
Api unggun menjadi penghangat
Di tengah rimba kesunyian
Dan kedinginan
Ke relung tulang
Tak ada yg perlu disisakan
Kecuali jejak
Sementara kita
Tak perlu mengubah arah kompas
Dengan mencari punggungan lain Pada saddle dan kerapatan kontur.
Palimanan, 28 November 2019
—–
jaesk_____
PERKUSIONIS
Pada gelaran orkestra alam
bertajuk simfoni musim hujan,
berbekal stik dan mallet
aku dan petir ambil bagian sebagai
penggawa penyemarak
sekaligus pengatur tempo
di belakang drum, timpani, dan simbal
Taman Ismail Marzuki, 10.44
—–
@lembayungmerah88
UCAPAN
Kau lempar!
Tepat menepat
Menghujam nadi
Mengalir merasuk
Meracuni seluruh
Menjejak tak mati
Melumpuh sukma
Bergemuruh
Murka milikmu
Bandung, 27 November 2019
—–
rabakhir
Mengutuk Guntur
:Indah
pada malam yang mendung
kau adalah guntur
yang sebentar datang dan sebentar pergi
suaramu yang guruh-gemuruh
memekakkan telinga yang sunyi
wajahmu yang kilat-mengilat
menyilaukan mata yang gelap
aku yang berusaha menemuimu
pun terjungkal kala membuka pintu, aku
melihat bayi yang puisi menangis
ia ditinggal ibu, ia menggigil
belum diberi majas dan asi, si bayi sudah disapih
tak ada judul atau pun tanda nama yang tertinggal
tak tampak niat mengendapkan apalagi membesarkan
dadaku menyuarakan gemuruh yang marah
malam itu aku mengutuk guntur
yang sebentar datang dan sebentar pergi
Tangerang, November 2019
—–
eddy____sup
KETIKA KAU TERBAKAR
sepasang matamu yang pisau
itu menyala
membakar kotakota
dan hutanhutan di dada
di hadapanmu semua yang di kepalaku
adalah genderang
dan hanya ada satu jalan pulang :
diam.
(2019)
—–
syams_x
Yang Bergolak
Riak bunyi dari nestapa kabut
Yang teriris embusan pekat
Menyeringai meminta tahta
Gemuruh pepohonan melontar protes
Pada ujung alir sungai yang kehausan
Memohon pamit tak lagi merindukan
Ramai sudah pergolakan
Apalagi tetangga, denyutnya semakin menggila
Takut embusan tak lagi menyapa dahaga nyawa
Bandung, 27 November 2019
—–
rahmahmursalim
Biru yang Membiru
Wajahku mendongak
Kutatap langit yang angkuh
Ada biru yang syahdu di sana, sedang tertawa seirama awan putih nan indah .
Kulirik jauh kedepan
Pada gemuruh ombak menghantam karang di pesisir
Pun sama, Ada biru di sana
Senada dengan untaian gelombangnya .
Pada biru yang membiru
Sesekali kita perlu mendongak keatas
Ada Yang Maha Kuasa disana
Tempat segala doa di panjatkan
Sesekali juga kita menatap lurus kedepan
Pada hamparan laut nan indah
Ada harapan disana, menanti di ujung dermaga tentang rindu tak berkesudahan.. .
—–
lembayungmerah88
PENGORBANAN
Aku kelopak kamboja kering
Mati di keranjang sesaji
Yang padamu aku serahkan seluruh wangi
Yang padaku kau tetap membatu diam berdiri
Bandung, 26 November 2019
—–
iq_risfandi
Aksara pualam
Kau membatu
Bersama datu-datu
Demi laku luhur
Juga kebun ladang subur.
Kau merajuk
Di dalam janji muluk
Demi bebas tanah air
Dari kesumat raja-raja nyinyir.
Tangerang 26 november
—–
bagus_dwian
Abadi
Aku masih saja memandangmu. Entah sudah berapa ribu kali aku memandang, bukan bosan yang datang. Tapi ingatan tentangmu yang selalu melayang.
Mengenalmu adalah candu yang tak bisa kusangkal. Sejak saat itu diam-diam kupahat arca tentangmu didalam hati perlahan tapi pasti. Kau menjelma menjadi monumen paling berharga dalam hati. Mungkin karya terindahku perihal rasa.
Bagaimanapun nanti, entah kita bisa berjalan bersama atau mengambil langkah yang berbeda, kau tetap menjadi yang terindah. Karena kau adalah monumen abadi yang tak akan lekang oleh waktu yang fana.
Sidoarjo 26 november 2019
—–
nk_adah
Di Sudut Kota Kegelapan
Tempo mereka berangkat ke perayaan
Sang teladan lekas memusnahkan reca amatiran
Manusia mengada-adakan
Kebodohan
Mendewakan
Suatu objek keabnormalan
Sungguh kesombongan
Alangkah celaka kebatilan
Mudah-mudahan
Terhindarkan
Kelemahan
Syetan yang saling berbisikan
Bandung 26 November 2019
—–
nk_adah
SUNYINYA MALAM SEHABIS HUJAN
Hirup aroma hujan
Dingin
Berakrabkan oksigen
Malam yang kehilangan bulan
Sang bintang pergi beralasan
Sampai disini tak ada kebisingan
Apalagi comelan
Tiada lagi seharian
Bandung 25 November 2019
—–
@lestari_fa82
Saat itu
Terkikis dalam gelombang lenyap tak lagi berkutik
Menari dalam sayup kutub yang terjerat
Seperti rantai itu
Terikat dan akhirnya karat
Saat itu
Kita pun akan menua
Layaknya rantai itu
Selagi masih menyatu
Kita akan terikat
Biarlah bertumbuh dan berkembang
Kita tak bisa berhenti
Menjedah sesaat waktu
Kita tetap beranjak
Yogyakarta, 25 November 2019
—–
@rabakhir
Pagar Besi
aku adalah pagar besi yang menjaga rumahmu;
dari anak yang bermain petak umpet
anjing yang mengejar kupu-kupu
maling yang gemar mencuri
tak ada yang boleh mengotori rumahmu
sebelum kau kembali
dari tempat persembunyian dibalik pundak kekasih
yang entah kapan
aku adalah pagar besi yang terus menjaga rumahmu;
dari hujan dan angin yang cemburu
dan terus mempercepat karat merayapi tubuhku
aku akan terus menunggumu
tanpa tahu kapan kau kembali
Depok, November 2019
—–
artdiantlazuardiii
JANGAN BUKA LEMARI BESI ITU!
————————————————
“Jangan buka lemari besi itu!”
————————————————
Pesan dariku,
untuk siapa saja yang coba mengorek kegelapan
di balik sisi lain diriku
Sebab di dalamnya ada sekerat hati berkarat,
tak lagi terjamah perasaan hingga membiru
Dalam udara busuk yang pekat,
menunggu di santap oleh sang waktu
Kotabumi, 25 November 2019
—–
anugrahprasetya_
Napas
Aku memasuki hidupmu bagai oksigen saat kau bernapas. Tarik perlahan – hembuskan perlahan. Menjadikanmu tenang. Begitulah yang aku inginkan: berguna untukmu.
Dan setelah kau tenang. Aku menjadi karbon dioksida dari hembusan napasmu. Menyebar bersama udara – entah ke mana
Jakarta, November 2019?
Anugrah Prasetya
—–
rayottid
Puisi – Putus
pagi tadi
cinta bicara soal
melepaskan,
dan dilepaskan
menyebar ia ke udara
bertemu dengan
luka,
dan duka
senyawanya telah melebur
mencipta sebuah hal baru:
dua centang biru
di percakapan
whatsapp-ku
Manado, 25 November 2019
—–
fithrisuffi
Rantai Usang
Kemarin kita bertaruh
Tentang berapa lama belenggu itu
Mampu menahan kita
Angin mengacaukannya
Hujan mengacaukannya
Panas mengacaukannya
Bahkan debu pun ikut mengacaukannya
Makin lama rantai itu makin usang
Berkarat akibat korosi yang berlarut
Namun tak satu pun dari kita mampu melepaskan simpulnya
Entahlah
Jambi, 25 November 2015
—–
teguh_maulana2018
Al-Kuhl
Bagaimana mungkin tidak terkena akan hadirmu
Selalu saja muncul di benak sering
Berseliweran bagai debu debu terombang-ambing angin lalu
Sedetik melintas semenit kemudian muncul hilang.
Bagimu tak mengapa
Tetapi diri ini berbeda rasa
Mampu membakar dengan mudah
Hadirmu pigmen dalam satu hari
Vitamin jiwa semoga saja
Bisa menjadi racun tubuh
Dengan rantai pendek normal cairan bening mudah bercampur
Makin sulit saat panjang rantai atomnya
Hingga Lima sampai sembilan jumlah atom C seperti minyak.
Mungkin beda hukum Vladimir Markovnikov di reaksi adisi
Ada pula Aturan Saytseff dalam dehidrasi
Atau atom dari Rutherford
Bisa juga sinar-X Wilhelm Konrad Rontgen sifatnya tidak diketahui.
Aku tidak tahu formula apa agar jauhi darimu
Bersenyawa dengan siapa agar terselamatkan
Reaksi mana hingga aksi redam selesai
Atau harus kumulai cari unsur yang awal
Sehingga aku mampu menjadi zat kimia yang paripurna.
Karanganyar,
Nov. 25, 2019
—–
syams_x
Yang Khawatir
Bunga-bunga di taman khawatir
Patung besi tua di ujung kota sudah sekarat
Hamparan debu karat mulai menyelimutinya
Sepertinya kepingan angin dan gerigi zaman bersekongkol
Begitu pula dengan kekhawatiran senja
Di setiap waktu menggulung diri pada suatu hari
Dia selalu pucat pasi melihat generasi yang menyepi
Pundak-pundaknya tak sekuat sang kakek
Yang mampu menopang laut, gunung dan langit
Darah-darahnya terhenti membawa kabar
Langkah-langkahnya terhapus pekikan ombak
Tatapannya terikat di sudut samar
Propaganda rasa mengubahnya menjadi tak berjiwa
Hanya bisa melukis senyuman dan retakan
Di pelipis kabut kepalsuan untuk esok yang terabaikan
Bandung, 25 November 2019
—–
bagus_dwian
Oksidasi hati
Andai kita tak pernah bertemu mungkin aku tak akan seperti ini. Menunggu yang tak pasti adalah hal yang paling kubenci. Tapi entah kenapa menantimu aku mau. Padahal aku tau, kau sama sekali tak bisa ku genggam seperti gerimis yang turun di tanah gersang. Yang jatuh tak menyisakan bekas.
Semakin hari renjana seolah menggebu dalam hati. Dan malam adalah waktu terbaik untuk mengenangmu dalam keheningan abadi. Mengais sisa-sisa kenangan indah bersamamu yang selalu terbayang dari petang hingga pagi menjelang.
Mungkin untuk beberapa waktu, hati akan baik-baik saja. Tapi, hati juga memiliki rasa. Dia ada karena cinta. Yang kutakutkan bukan bosan, namun hati juga bisa lelah, merasakan oksidasi, berkarat dan patah.
Sudahlah, biar aku saja yang mengenang atmamu lewat malam-malam panjang bersama rindu yang tak kunjung padam.
Siwur, 25 november 2019
—–
rahmahmursalim
Sepotong luka
Pada hati yang perih
Pada nalar yang berkawan ego
Ada luka yang mulai buram
Tentang sakit yang perlahan memudar
Ia lebam
Bagai biru yang terang
Ada secuil nanah yang menuntut dihapuskan. .
Kau rasa perihnya?
Bagai lapisan kulit yang diserabuti
Dari daging dan tubuhnya
—–
lembayungmerah88
AKU YANG LAIN
Dia si perempuan itu
Membalur luka dengan kata kata tangguh berbau busuk kemunafikan
Ternganga semakin lebar koyakan amis terbiar biar
Si perempuan itu
Menyingkap lubang lubang berisi nanah agar dirawat alam semesta
Harapannya satu, angin malam milik tuhannya dapat berubah fungsi menjadi penyembuh
Perempuan itu
Kaku tergeletak mati di bawah sorot lampu jalan sudut kota
Dengan karat menutupi luka, dengan jasad erat memeluk bangkai harap
Bandung, 25 November 2019
—–
aldrifajar
KOPER
deru mesin bis antar kota antar provinsi membawa bapak ke tiap limbung jalan kelok menjauh dari pulang. di koper bapak telah kemas bisnis segan berkembang dan penyakit kronis. tak ada foto keluarga bisa disimpan dalam koper nan lembab yang kian digerogoti di gerigi ritseleting, sebab bapak menyeret–koper dan isinya–setumpuk karat beroda//betapa kenangan mudah diuap udara lembab.
bapak harap masih ada yang membeli setumpuk luka bernanah//karat yang ditinggal terudar.
2019
—–
rie_ku
TENTANG AKU
: yang mencintaimu dalam sendiriku
Ini tentang aku, seorang yang kau kenali di padang savana sedang menorehkan luka di punggungnya yang sepi
Angin kala itu menghembuskan berita kepadamu melalui rumpun bambu bahwa akan ada gelontoran air mata menyeberangi padang padang resah yang akan menjelma oase kesunyian
; itu air mataku
Ini tentang aku, seorang yang memaksamu mencambuki langkah sepanjang dataran berbatu hingga luka mengelupaskan kulit kakimu yang tergilas keingintahuan tentang siapa dia yang berniat memadamkan hati bersamaan dengan matahari memadamkan dirinya senja itu
Seorang engkau berlarian menyunggi ribuan tanda tanya sebelum akhirnya sampai di padangku yang temaram
“Sebaiknya kau lepaskan gulanamu sebelum kegelapan tak menyisakan apa pun selain kemarung duka. Masih ada aku yang kelak mengganti sahara debu yang bertanggalan dari manik matamu dengan sejumput harapan bahwa hidup masih layak kau nikmati”
Ini tentang aku, seorang yang gemetaran saat gemuruh kata katamu meledakkan semesta kehampaan yang sekian lama beranak pinak dalam batinku yang perdu hingga berguguran kepedihan yang bersenja senja menancapkan taring di prahara sukmaku
Duh, alangkah manis mencucup segala yang hidup
; begitulah engkau di mataku
Ini tentang aku, seorang yang terkesima pada keluasan hatimu menampung diriku yang begitu pekat hingga kuizinkan diriku menangguk anggur asmara yang kau sodorkan sampai aku linglung mendapati diriku telah rebah di pangkuan asmaradana
Ini tentang aku, seorang yang mencintaimu dalam sendiriku. Berharap waktu meluangkan diri menyatukan jarak kita yang kerap tersekat karena kini tak sempat lagi kau tembangkan sayang dari mulutmu yang beraroma rindu dan tembakau
Ini tentang aku, seorang aku yang mencintaimu begitu sungguh
—–
perempuanbumi
Lahirnya Buah Cinta
Yang memandang penuh lekat
Di mata penuh cinta
Rangkaian rasa menjadi samar
Tubuh mungil yang bersinar
Menghiasi kehidupan yang sebelumnya padam
Dengan lentera cinta yang dilahirkan kembali
Kepada Tuan dan Puan
Yang saling melengkapi;
Lahirnya buah cinta
Garut, 24 November 2019
—–
yeyenwidiyawati
Gerilya
Bola mata
Kanan kiri mencari cari
Gerangan yang ingin dijumpai
Tercekat
Namanya dipanggil
Terhentak
Bangkit dari kursi
Ia hendak berdiri menanyai
Bagaimana rupa diri yang ia nanti
Terlupa bahwa kantung matanya telah bergelambir
Ada sendu ditahan sedari tadi
Maaf,
Tuhan berkehendak lain!
Ia pergi di hari lahirnya
Menutup angan di kepalanya
Sia-sia pula penantiannya.
Klaten,24 November 2019
—–
aldrifajar
AWAL MULA ADALAH BUNYI
- dentum
Awal mula adalah bunyi
Tuhan denyutkan sulut
pada hulu ledak menjangkau
gaung menuju gema
Semesta masih kental kala
buih meluas hingga ruang menghampa
kecuali debu yang ramai
- hantam
Awal mula adalah bunyi
Bapak layangkan pukul
lalu tangis pecah menjangkau
tempurung menuju pinggul
Semesta terpantik di benak kala
anak merekam hingga lelap merawat
kecuali dendam yang terjaga
2019
—–
rayottid
Puisi – Amarah
ditanamnya murka
pada turunannya
sendiri
dipupuk nyala-nyala itu
dengan hentakan
tamparan
dan tendangan
sepuluh-dua puluh tahun
setelahnya
api merah itu mekar
menghasilkan memar-memar
di lingkungan sekitar
Manado, 24 November 2019
—–
artdiantlazuardiii
RUANG BERSALIN NOMOR 45
Sebuah kamar hijau di pojokan rumah sakit bernomor empat puluh lima.
Banyak orang berbondongbondong di depannya,
ingin mengucapkan selamat datang atau ingin minta di pulangkan.
Entah aku tak tau apa saja motif mereka.
Di dalamnya ibu berbaring di ranjang besi yang berbunyi ngikngik.
Ingin memanen buah hasil dari bercocok tanam dengan ayah.
Sedangkan ayah tak tau dimana.
Orangorang itupun mencari ayah,
namun dengan nama yang berbedabeda.
Tak berselang lama terdengar tangisan bayi dari balik jendela.
Para perawat mulai hilir mudik mengucap mantramantra.
Dan mereka yang sedari tadi menunggu dengan waswas,
sekarang berebut mencarikan nama adapula yang masih ingin pulang.
Si bayi yang kebingungan pun bertanya:
“Ayah dimana?”
“Aku masuk generasi ke berapa?”
“Apakah ada jaminan hidup di Nusantara?”
Tak ada yang menjawab,
menafikan keterkejutan mereka masih saja sibuk dengan masingmasing permasalahan.
Si bayi kesal tak di perdulikan lagi.
Dia pun masuk kembali ke rahim ibu pertiwi,
mencari ayah yang tersesat di dalamnya seorang diri.
Kotabumi, 24 November 2019
—–
@jaesk_____
LAHIRNYA SUMUR AIR SUCI
Tendangan kaki bayi kehausan itu
mengetuk perut bumi
Dari dalam, sepasang tangan berkilau
menjulurkan kesejukan abadi ke permukaan
yang kelak menghapus dahaga bayi itu,
juga bayi-bayi di seluruh dunia
__________
Daratan Tandus, 20.46
—–
yut_ais
Jauh Selepas Pagi
jauh selepas pagi
ibu melahirkanku dengan cantiknya rindu
beserta setimba air mata surga
meremas jemari ayah hingga
mewartakan kisah akan fajar
jauh selepas pagi
ibu menggendongku dengan penuh rekahan
di ruang berpetak serba putih itu
tadah purnama yang ranum, telah dimulai
—seperempat abadku belum usai
2019
—–
anugrahprasetya_
Kau
: Icha
Kau akan pergi entah dengan siapa pun beranak-pinak
sedang aku tertinggal dengan luka-luka yang melahirkan puisi-puisi
akan kumasukkan namamu dalam judul-judulnya
agar kau tak lepas dari tubuhku, walau hanya kenangan dalam kepala
kau akan berbahagia entah dengan siapa – di mana
sedang aku di sini merawat puisi-puisi seperti anak-anak sampai tumbuh dewasa
agar kau bisa melihat mereka menjadi tokoh utama di buku-buku yang kau baca atau di koran-koran yang kau pesan setiap pagi
kau akan menua entah dengan siapa
sedang aku abadi terkurung di masa lalu bersama tumpukan luka yang belum menjadi puisi
Jakarta, November 2019
Anugrah Prasetya
—–
lestari_fa82
Lahir dan Merasa
Seru menderu pijakan langkah pejalan
Menarik ulur keringat basah di kening mu
Kau jatuh terpingkal sedang kau letih pada dunia
Amarah memuncak menguasai gelak tawa dan canda
Kau diam bagaikan batu tak lagi bicara
Sedang kerasnya batu terkikis jua oleh air
Kau berhenti
Kerap kali mendera sukma berkelana
Jatuh ke bumi memberi warna bahagia
Kau lahirkan simponi penyejuk jiwa
Kau kembali memanjat duka
Hilang hingga tak lagi menepi
Kau lahirkan lagi semangat yang pernah ada
Tumbuh mengakar hingga menjulang ke langit angkasa
Kau torehkan penantian penuh gempita gejolak lara
Kembali tertawa dan merasa
Yogyakarta, 24 November 2019
—–
teguh_maulana2018
Fenomena
Tunggulah besok
Aku pasti datang semoga
Atau hari ini saja
Agar kemarin terbayarkan.
Aku memang menunggumu
Datangnya hari ini
Tentang esok hari
Biarlah sang alam yang melantun sajak kisah barunya.
Dan kau jawab besok lusa
Bagaimana ini jadinya
Padahal ide dan asa sudah menganga
Tegakah kau beri jeda padaku
Sedangkan rinduku hangat
Akan ada karena dirimu saat ini menunggu.
Karanganyar,
Nov. 24, 2019
—–
fithrisuffi
Benang Kusut
Jelang memintal
Telah dirapikan mantra
Biduk pun tersampir sewindu
Ribuan helai benang putus
Sesajen hilang lenyap
Perahu karam di tengah samudra
Lantas siapa yang terjebak angan
Jika mampu temukannya di antara benang kusut
Dia juaranya
_______________
Jambi, 23 November 2019
_______________
—–
bagus_dwian
Lahir
Terima kasih tuan.
Atas segala jerih payahmu mempertahankan.
Segala harga diri demi bangsa tercinta.
Rela mati demi berkibarnya merah putih di bumi pertiwi.
Istirahatlah kau dengan tenang.
Dengan segala buncah bahagia yang kau rasakan.
Biarlah kami penerus bangsa yang meneruskan.
Meski kau mati, percayalah akan selalu lahir jiwa-jiwa pantang menyerah.
Muda mudi yang mengharumkan nama bangsa.
Yang membawa sang saka berkibar di dunia.
Karena NKRI bagi kami tetap harga mati.
Siwur, 24 november 2019
—–
fina.kaa_
Segala Gerbang Menuju Ada
1/
Bulan di atas matamu ada dengan segelintir gemerlap. Yang kerap kau ajak bersandiwara maupun bermain petak umpet. Ia ada karena kesedihan dan malam.
2/
Di persimpangan-persimpangan yang masih basah karena air matamu. Hiruk-pikuk berlalu lalang bak serangga di jalan, namun akhirnya akan kembali kosong. Dan setelahnya kau sadari, kesunyiaan terlahir dari keramaian yang berakhir.
3/
Pada pukul 5 di suatu sore, geming-geming mulai berbenturan menyentuh pasang-pasang mata. Gelagak tangismu meramu turunnya hujan dari langit dan netra. Dan akhirnya kau memijaki semesta dari seseorang yang selalu membalutmu.
Banyak gerbang bagi segala cipta, namun tak sepantasnya kau melupakan gerbang utamamu.
Madiun, 24 November 2019
—–
fina.kaa_
Kebakaran
Diskusi hari ini, bersama syaraf-syaraf mata yang merah
Saya belajar menulis puisi dengan air mata tanpa membuatmu basah
Saya terus bergentayangan, meminta tumbal: sekepal kebahagiaan
Sepi menjadi siasat isyarat yang sudah melaporkan teka-teki ke saya
: Jatuh cinta padamu sudah terlalu dalam
Sampai-sampai saya terbakar
Dan tak bisa bertemu dengan rindu palsumu lagi.
Madiun, 23 November 2019
—–
syams_x
Sang Bintang
Binar memuja bintang
Perihal hadir di malam gelap
Ialah remuk reda yang telah membulat
Menjadi asupan padat serbuk-serbuk cahaya
Dari pedih yang terus menyala
Menganyam kata atau berbuih mimpi
Semesta tak akan mensajinya
Sinar akan tetap redup
Tubuh akan tetap membungkuk
Mencumbu tanah di bumi sampai mati
Atau bersiap merangkak menuju gugusan
Sebuah pilihan menikmati kegelapan
Bersenandung dengan tawa canda kepahitan
Sang bintang pun menyeruak tampak
Bersama kelopak asa yang bernama kegigihan
Bandung, 24 November 2019
—–
rist_adhi.fanika22
Hidup Kembali
Berlari aku..
jiwa lain dalam diriku bersama
menggasak peliknya hidup
Bagaimana mungkin kusirnakan???
serupa nyawa tak berdiryah
menanti masa menjelma diri
Berikan izin untuknya, Tuhan..
pun padaku untuk memulai hidup kembali
selepas berselimut kefasikan dahulu
Persetan! si jalang pulang kekandang
sendiri biarlah kutebus dosa dikemudian
kuyakin indah takdir-Mu,Tuhan.. .
Bersiaplah aku kini..
menanti tangis lahir hidup baruku
teman sejati mengukir masa depan .
Gunung Sari, Salatiga, 24 Nov ’19
—–
crme.l
MENARI BERSAMA RINTIH.
Kembali hadir bual mu, aku kini diringkuk lara.
Kembali hadir bual mu, aku kini di dekap rintih.
Penghujung november lengkap sudah gundah ku.
Berpesta bersama air mata. bukan kah ini sorai bagimu? selamat kau berhasil meruntukan ku. (24,00)
—–
iq_risfandi
Tapi Yang Paling Utama
Dengan seru juga curiga
aku melihat rongga terbuka di ujung kepala
ada gerakan peristaltik rupanya
tapi bukan di saluran cerna
melainkan di terowongan curam dalam rahim bunda
Tangan-tangan cekatan
memuntir ini ubun-ubun muda
betapa asyiknya bagai angkasawan
yang meluncur menuju planit aneka warna
ledak tangis pertama
menyeruak dari kedalaman palung jiwa
ada pedih-peri campur bahagia
sebab setan mencubit pantat sebulat tekad
bait pertama yang dibisikan di daun telinga
adalah sebait mahapuisi penggetar jiwa manusia
akan kugaungkan gemuruh itu selama raga belum rungkuh
semenjak kumandang takbir hingga tengokan wabarakatuh
tapi yang paling utama
: aku nenen dulu yah
Tangerang 24 November
—–
lembayungmerah88
TANGIS
Manusia manusia lahir dalam keadaan berduka
Manusia manusia baru, yang menangis memekakkan telinga ketika bertegur sapa dengan dunia baru yang terasa asing
Mereka bersedih seakan tak rela meninggalkan dunia sebelumnya
Yang didalamnya tak akan ada tangis, sebab tak ada duka dan luka yang mampu menghampiri
Sedikit berbeda dariku, aku bukan lagi manusia baru
Duka dan luka dengan leluasa mencabik-cabik tanpa ampun
Aku meneriakkan tangis, hingga mengosongkan isi dada
Dan setelahnya, aku terlahir kembali
Bandung, 24 November 2019
—–
nk_adah
Serona
Kau serupa cahaya
Kentara
Sudah temukan teka teki bergala
Dengan berkelana
Bandung 23 November 2019
—–
miarrafa
Sajak-sajakku patah
Ternyata ia lebih rapuh dari sayap laron yang takmenemukan cahaya.
Malam terseok-seok membantuku mencari serpihannya.
Rindu ini sudah habis
dilumat hujan semalam
Aku mohon pamit, mencari tanah lain untuk tetap bertumbuh.
—–
mi._lkyway
Saya dan Diri Saya yang Lain.
Kemarin kami bertengkar ; saya dan diri saya yang lain.
Kau tidak akan bisa berenang, kau takut kedalaman mata kekasihmu.
Kau harus tenggelam sesekali supaya mahir menyelami kejujuran matanya.
Kami bertengkar hebat ; saya dan diri saya yang lain kebingungan.
Saya sudah tenggelam begitu dalam, tapi tidak menemukan apa-apa. Kekasih mengapa kau begitu handal menyembunyi ?
Bumi, 20.54
—–
eddy____sup
PERTANYAANPERTANYAAN YANG BARA
di risau yang pisau :
pertanyaanpertanyaan yang bara
terbit di matamu
dan jawabanjawaban yang lahir
menguap di hadapan dadamu
dengannya kayu jadi abu
dan batu jadi bara baru.
(2019)
—–
anugrahprasetya_
Mengungkap rahasia
Pikiranmu: rahasia
Sedang aku serupa orang penasaran
Kata banyak orang.
Di dalam kepalamu ada labirin yang menuju sebuah inti: hati
Banyak orang yang datang lalu hilang
Menjelma hantu
dan diceritakan teman-temanmu
Pikiranmu: rahasia
Dan aku akan segera mengungkapnya
Aku akan bertualang
seperti musafir yang tidak tahu esok akan ada apa
mengunjungi persimpangan bagai labirin yang tak tahu jalan mana menuju inti
Di dalam kepalamu
Kaki-kaki menjelma kepercayaan
Langkah adalah keteguhan yang dipilih
Pikiranmu: rahasia
Bersiaplah … aku mengetahuinya!
—–
namora.rusli
MENDATAR DAN MENURUN
awalnya terasa mudah
semua bisa dilewati
kisah ku adalah melengkapi
tanya dengan pertanyaan
rumit untuk dimengerti
mendatar namun terhalang
menurun lebih menakutkan
lagulagu pun nyatanya perlu tangga nada
aku hanya perlu beberapa kata
namun kuingin banyak angka
menanjak adalah mendatar yang beranjak
pasti ada waktunya juga kau harus turun
meski berat dan ada yang kurang
sesekali hatihati lah sambil mengeja ke bawah
—–
rabakhir
5W 1H
tubuhku adalah kumpulan keping pertanyaan
di kepala terpikirkan tentang siapa
tangan memegang kapan
kaki pergi ke mana
perut bingung untuk apa
hati khawatir pada mengapa
jiwa ragu dengan bagaimana
kemudian keping-keping pertanyaan ini
kau sapu
kau buang
kau bakar
“aku tak ingin menghabiskan waktu untuk
teka-teki yang tidak dapat kupecahkan”
ujarmu
Depok, November 2019
—–
jaesk_____
SATU MENDATAR: LIMA KOTAK, ALASAN MENGAPA AKU TAK INGIN LAGI BERTEMU
: A
Jawaban yang kutemukan di otakku selalu terlalu panjang untuk mengisi kotak-kotak kosong yang kautinggalkan di meja tamu pada kali terakhir kau menyambangi rumahku
Beranda, 12.23
—–
artdiantlazuardiii
BUCIN x CODE
Aku ingin
menerjemahkan isi hati
dari engkau
yang ku cintai
Sebab mencintaimu butuh
sebuah keahlian
untuk memecahkan
kodekode terumit yang
selalu saja sulit
untuk kumengerti
Bagai menelusuri
jejak labirin Cicada
buatku linglung tak berdaya
Pun dengan dirimu
memenuhi pikiranku
dengan banyak tanda tanya
Dan tekateki terbesar
dalam mencintaimu adalah:
bagaimana bisa
ku tetap mendamba?
Meski berkalikali telah
kau torehkan dalamnya luka
Kotabumi, 23 November 2019
—–
teguh_maulana2018
Menguap
Mencari celah dalam keheningan memaksa
Terkemuka angka duapuluh tiga
Simpul Gordian jadi misteri lama
Atau Cassini di kutub Saturnus Utara.
Semalam tidur telat lagi
Jati diri terkesan mandiri
Selesaikan masalah yang tak kunjung usai
Hingga mata sambut pagi.
Tatapan mulai sayu
Tak kuasa tahan rindu
Dalam napas acak ragu
Hari ini resah lesu.
Sekali waktu itu terjadi
Udara di otak butuh improvisasi
Tanpa sadar dirimu mengikuti
Kecuali bagi psikopat sendiri
Itu yang membedakan kita berarti.
Malam hari di Karanganyar,
Nov. 23, 2019
—–
lembayungmerah88
DAN KAU
Dan masih saja
Kau pelaku utama
Dari kepingan kepingan puzzle yang berserak di kepala
Tak kunjung tersusun
Tak kunjung terhubung
Dan sampai akhir cerita ini
Kau lah tersangka
Dari teka teki kosong
Yang menurun dan mendatarkan hati
Tak kunjung ada jawabannya
Tak kunjung ada yang mampu menjawab
Bandung, 23 November 2019
—–
tintanovela
-SEKUMPULAN PUZZLE-
Dengarkan aku, Tuan, hidup adalah sekumpulan puzzle. Tuhan mempertemukan kita dengan cara yang ajaib agar kita mampu menjawab teka-teki semesta.
Aku ada atau kau yang tiada, bukan lah sekehendak kita, Tuhan lah yang Maha Berkehendak.
Tuan, andai saja Tuhan menjawab sebagian kecil dari doaku, mau kah kau hidup lebih lama denganku?
Menantikan bulan berganti bulan hingga kaktus pemberianmu melahirkan bunga kecil berwarna-warni.
Melewati musim berganti musim. Aku ingin melihat ubanmu tumbuh dari celah-celah rambutmu. Memenuhi seluruh ruang di kepalamu itu. Dan kita menua bersama-sama hingga di pisahkan oleh dua liang. Atau kau ingin kita bersama dalam satu liang lahat. Katakan saja.
Maaf. Aku sungguh terlalu banyak bicara pada Tuhan hingga lupa menyelesaikan teka-teki silang yang kau hadiahkan di hari ulang tahunku. Aku lupa harus segera menjawabnya dengan benar. Jika tidak, Tuhan yang akan menjawabnya dengan cara yang paling bijak.
Jika hidup adalah sekumpulan puzzle, mau kah kau menjadi bagian dari itu untukku
Palu, 2019
[…] Baca juga: Kata Paling Sering di Puisi […]
[…] Baca juga: Kata yang Paling Sering digunakan dalam Puisi […]
[…] Baca juga: Kata paling sering digunakan di puisi […]