Mungkin kalian sesekali perlu menuliskan puisi dengan tema apa saja. Pasti menarik! Kalian bisa jadi akan terkejut dengan puisi yang kalian buat — betapa di luar dugaan. Akan banyak kata dan bait yang bisa kalian kembangkan dari sebuah kosa kata.
Menulislah dengan tema yang menggunakan pokok kata yang sederhana. Kalau ingin lebih tertantang lagi, ikutlah kompetisi menulis puisi di komunitas puisi misalnya di Twitter atau Instagram. Kadang diadakan acara menulis misalnya 30 hari berpuisi dengan tema harian.
Baca juga: Puisi untuk refleksi diri
Berikut ini beberapa contoh puisi harian yang sederhana dan ditulis secara spontan sesuai tema yang diberikan.
KISAH MANTRA
Lihatlah Cinderella
hatinya mulai cemas
malam setinggi kastil emas
semua sudah berkumpul
mematutkan diri
sitikus putih berdecit gelisah
ingin segera berubah
menjadi kuda gagah
labu kuning tak sabar
mewujud kereta kencana
nan anggun megah
tunggangan putri raja
sang kadal melipat ekornya
siap menjadi pengawal
sais setia Cinderella
namun semua kecewa
sihir tiada bisa dimulai
adalah sang ibu peri
murung bersedih
bukan karena sakit gigi
bukan tongkat ajaibnya yang patah
namun, hatinya lah
putus cintanya
membawa lenyap semua mantra
KONSERVASI
ku pernah menemukan senyuman
dari orang biasa
yang bukan siapa-siapa
bukan bagianku,
kamu,
dan kawan-kawan kita
— hanya kumpulan mereka yang tahu
senyum yang tulus tanpa menyertai:
ucapan selamat pagi, di meja resepsionis
sapaan “bu haji”, di petak kios pasar
salam takzim, ke bos di kantor
customer service, menanyakan nomer rekeningmu
salim bengal anak kos, kehabisan bekal
sergahan “boleh kak”, di ITC
kau sekuntum senyum
selalu indah
kejujurannya plasma nutfah
mata nuraninya bening
lebih segar dari hutan kota
ia patut dilindungi
konservasi kejujuran
sumber daya ketulusan
semakin langka hilang
TITIK
tarikan nafasmu seperti ketika kecilku mengisi balon tiup
balon yang aku beli diam-diam dari uang jajan sekolahku
aku tak ingin engkau tahu waktu itu
kini kulihat semakin berat kau bernafas
tergolek di ranjang tua
tubuhmu renta
kau masih bisa menggerakkan kaki kirimu
pelan dan sulit sekali
sepertinya malaikat mulai beraksi
tapi aku belum membaca tanda
aku masih genggam tanganmu yang dingin
matamu rapat terkatup
seperti mengurai waktu yang kau lewati
lima menit kemudian, kau gerakkan kaki kananmu
sampai ke siku, lalu kau luruskan kembali
kami masih terus berdoa
panjatkan kalimat-kalimat suci
aku bimbing engkau ucapkan talkin
pelan terbata bibirmu terbuka
tak jelas beberapa kata
nafasmu semakin jarang
ketika tatapan matamu ke arahku
sebentar saja
lalu titik air mata menetes
satu tetes
dari mata kananmu
seperti mengucap selamat tinggal
titik terakhir dalam catatan perjalanmu
perpisahan terkadang memang menyedihkan
namun aku yakin engkau bahagia di sana
selamat jalan, bapak…
ANUGERAH
orang-orang berkumpul berbaur
mengukur jalan leluhur
sepanjang waktu lewati zuhur
semua tak ingin menganggur
bekerja pagi sore sampai lembur
ada yang menjadi badut
tukang catut
pencari barang butut
tukang angkut-angkut
spesialis main sikut
ada juga yang jualan di jalan
terang-terangan
tempat orang berlalu lalang
menyambut kemacetan
menyumbat jalan
ibu-ibu mau melahirkan
balita sakit kepanasan
katanya,
anugerah di balik kerumunan
kerumunan yang mereka sendiri hadirkan
orang-orang mencari rejeki
tak peduli apapun terjadi
dengan caranya sendiri
selamat datang di kota kami